1
1

Mirae Sematkan Overweight untuk Sektor Perkebunan Indonesia

Media Asuransi – Mirae Asset Sekuritas menyematkan rekomendasi overweight pada sektor perkebunan Indonesia seiring dengan prospek yang cerah ke depannya.  

Analis Mirae Sekuritas, Juan Harahap, memperkirakan bahwa produksi minyak sawit Malaysia yang rendah masih bertahan di tahun 2021. Dengan demikian, dia memperkirakan produksi akan turun menjadi 17,8 juta ton (-7,0% yoy) pada 2021.  

Namun, kami melihat prospek yang baik di masa depan karena program penanaman kembali tampaknya telah berhasil, tecermin dari peningkatan luas tanam menghasilkan menjadi 89,2% dari total luas tanam vs 88,4% pada tahun 2020,” jelasnya melalui riset

 |Baca juga: Mirae Sekuritas Pertahankan Overweight Sektor Perbankan

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia memprediksi bahwa besar kemungkinan terjadinya fenomena La Nina yang cenderung lemah pada semester II/2021. Dengan demikian, dia mengharapkan peningkatan volume produksi minyak sawit di Indonesia menjadi 44 juta ton (+4,3% yoy) pada 2021.

Di sisi impor, Juan menjelaskan, China mencatat pertumbuhan impor yang relatif datar menjadi 1,5 juta ton (+0,3% QoQ; +4,8% YoY). Dia memperkirakan China akan menurunkan pembelian minyak sawitnya pada 2021-2022, karena tampaknya akan meningkatkan produksi minyak nabati domestik untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak nabati. 

Di sisi lain, India berhasil mencatat kenaikan menjadi 2,1 juta ton (+21.0% QoQ; +54.2% YoY) di kuartal II/2021. Dia memperkirakan tingkat impor yang lebih tinggi di India, karena India telah memotong bea masuk dasar CPO menjadi 10% dari 15% efektif mulai 30 Juni untuk periode  tiga bulan. 

Jadi, dengan tambahan pemotongan Agri sebesar 17,5% dan 10% pemotongan kesejahteraan, pengurangan akan menurunkan tarif pajak efektif menjadi 30,25% dari 35,75% untuk mengatur harga konsumen lokal minyak goreng dan untuk memastikan harga selama musim perayaan tetap terkendali. Kami juga percaya bahwa permintaan minyak nabati akan meningkat setelah pembatasan penguncian dicabut.

|Baca juga: Mirae Sekuritas Pertahankan Overweight untuk Sektor Perunggasan

Lebih lanjut, menurut Juan, Indonesia kembali menerapkan revisi pungutan ekspor yang efektif pada Juli 2021. Hal ini untuk mendorong daya saing CPO ke pasar internasional. Mengenai penyesuaian kebijakan baru, pungutan maksimum atas ekspor CPO akan menjadi US$175/ton ketika harga referensi yang ditetapkan pemerintah di atas US$1.000/ton. 

Ini menyiratkan pemotongan US$80/ton dari kurs yang telah diterapkan sebelumnya. Pungutan atas produk minyak sawit olahan juga telah dipotong sebesar US$70/ton ketika harga referensi CPO berada di atas US$1.000/ton. Oleh karena itu, kami berharap revisi tersebut dapat menguntungkan produsen kelapa sawit Indonesia dengan meningkatkan margin keuntungan bagi produsen di semester II/2021.

Dia mengatakan pihaknya memulai dengan panggilan Overweight di sektor perkebunan Indonesia. Dia yakin prospek CPO masih menjanjikan di masa depan mengingat: pertama, rendahnya produksi CPO dari Malaysia akan bertahan di semester II/2021. Kedua, potensi permintaan CPO yang lebih tinggi dari India, karena tarif pajak efektif turun menjadi 30,25% di 2021. Ketiga, pemotongan retribusi CPO akan meningkatkan margin di sisi produsen. 

Kami lebih memilih Astra Agro Lestari (AALI) daripada PP London Sumatra Indonesia (LSIP) dalam harga CPO yang tinggi saat ini seperti yang kita lihat: 1) hasil TBS lebih tinggi 8,8x (vs 7,2x) di semester I/2021 dikombinasikan dengan luas tanam 289k Ha (vs. 96k Ha); dan 2) profil usia yang lebih baik yaitu 15,5 tahun (vs 16,9 tahun).

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Peringkat Aneka Tambang (ANTM) Ditegaskan idA Stabil
Next Post BPD Sumsel Babel Diganjar Peringkat idA Stabil

Member Login

or