Media Asuransi – Mirae Asset Sekuritas Indonesia mempertahankan pandangan Overweight terhadap sektor perunggasan (poultry) karena pemulihan sektor unggas dan momentum pertumbuhan laba bersih perusahaan unggas diperkirakan masih berlanjut.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia menjelaskan pelemahan harga saham dapat memberikan peluang beli karena momentum prospek pertumbuhan pendapatan masih ada. “Preferensi saham kami adalah sebagai berikut: JPFA > MAIN > CPIN,” katanya melalui riset yang dikutip Media Asuransi, Kamis, 15 Juli 2021.
Dia menjelaskan, harga rata-rata bulanan ayam pedaging di wilayah Jawa pada bulan Juni mencapai Rp17.500/kg (-25,9% YoY, -8,9% MoM), menurun dibandingkan bulan sebelumnya karena permintaan melemah pascamusim Idul Fitri. Sementara itu, harga DOC di Jawa Barat berada di Rp6.500/ekor (+3,6% YoY, -6,5% MoM), tetap di atas level yang diharapkan.
|Baca juga: Disokong Rapor Emiten, Mirae Sekuritas Optimistis IHSG Rebound ke Level 6.200
“Hingga saat ini, run-rate laba bersih perusahaan perunggasan kuartal I/2021 di bawah cakupan Mirae tetap berada di atas perkiraan pendapatan 2021 konsensus masing-masing sebesar 32%, 43%, dan 42% untuk CPIN, JPFA, dan MAIN. Jika laba bersih kuartal II/21 yang akan datang serupa dengan kuartal terakhir, run-rate laba bersih semester I/2021 akan mencapai 60%-80% dari proyeksi 2021 kosensus, sehingga ini akan mendorong konsensus untuk meningkatkan proyeksi lebih lanjut.”
Pemerintah terus mengimbau pemusnahan di tingkat final stock (FS) dengan total 71 juta telur tetas berumur 19 hari yang efektif periode 10 Juli-11 Agustus 2021. Pemerintah juga mengamanatkan integrator untuk menyerap 31 juta unggas hidup untuk dipotong di rumah pemotongan hewan mereka sendiri. “Intervensi agresif tersebut kami kira merupakan upaya pemerintah untuk mengantisipasi melemahnya permintaan di tengah pengetatan PPKM Darurat pada 3-20 Juli.”
|Baca juga: Walau Rugi, Bukalapak Targetkan Dana Rp21,90 Triliun Dari IPO
Selain itu, ada kemungkinan bahwa PPKM Darurat yang tengah berlangsung ini diperpanjang. Hal ini menimbulkan risiko terhadap permintaan ayam karena berkurangnya mobilitas masyarakat.
“Dengan demikian, kami memperkirakan harga komoditas unggas akan melemah di bulan Juli. Namun, dengan langkah-langkah intervensi agresif pemerintah baru-baru ini, kami memperkirakan volatilitas harga akan tetap terkendali. Kami juga berharap untuk melihat pemusnahan bulanan lebih lanjut di bulan-bulan berikutnya.” Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News