Media Asuransi, GLOBAL – Morningstar DBRS, lembaga pemeringkat kredit global, menyoroti pertumbuhan pesat asuransi siber yang semakin penting di era digital. Proyeksi menunjukkan pasar ini akan mencapai US$40 miliar pada akhir dekade ini didorong oleh meningkatnya ancaman siber dan regulasi data yang ketat.
Asuransi siber, yang dirancang untuk melindungi dari dampak finansial serangan siber dan peretasan, mencakup kerugian akibat gangguan bisnis, kegagalan sistem, pemerasan siber, dan kewajiban privasi data.
Dilansir dari laman Reinsurance News, Jumat, 28 Juni 2024, permintaan asuransi ini melonjak seiring dengan semakin tingginya ketergantungan pada teknologi digital, menjadikannya segmen dengan pertumbuhan tercepat dalam industri asuransi selama dekade terakhir.
Meski terjadi perlambatan kenaikan harga di Amerika Utara dan Eropa, namun pasar asuransi siber global diproyeksikan mencapai US$29 miliar dalam premi bruto pada 2027 dan hampir US$40 miliar pada akhir dekade ini. Pertumbuhan ini didorong meningkatnya frekuensi dan kecanggihan serangan siber, peraturan perlindungan data lebih ketat, serta ketegangan geopolitik.
|Baca juga: Lonjakan Kecelakaan Lalu Lintas Buat Premi Asuransi Mobil di Jepang Bakal Naik di 2026
Regulasi seperti GDPR, CCPA, dan NIS 2 mendorong permintaan lebih lanjut akan asuransi siber. Entitas seperti pemerintah, lembaga keuangan, dan organisasi kesehatan menjadi target utama serangan siber, meningkatkan kebutuhan akan perlindungan asuransi siber.
Namun, perusahaan asuransi menghadapi tantangan dalam kuantifikasi risiko, penetapan harga, dan pemodelan akumulasi risiko. Adopsi teknologi baru seperti AI, ML, dan IoT memperkenalkan kerentanan baru, membuat risiko siber semakin sulit diprediksi dan dihargai.
Insiden seperti serangan NotPetya 2017 menunjukkan potensi kerugian besar yang dapat dihadapi, sementara perusahaan asuransi seperti Lloyd’s of London telah memperketat kebijakan untuk mengecualikan kerugian siber akibat perang atau tindakan permusuhan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News