Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terkendali, sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh BI. Nilai tukar rupiah secara year to date tercatat menguat 3,63 persen ptp dari level akhir Desember 2022. Penguatannya lebih kuat dibandingkan dengan apresiasi Peso Filipina sebesar 1,78 persen, Rupee India 1,11 persen, dan Baht Thailand sebesar 0,42 persen.
“Ke depan, dengan akan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, Bank Indonesia memprakirakan nilai tukar Rupiah akan menguat. Ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik, dan dampak positif dari implementasi PP 36/2023 tentang DHE SDA,” kata Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, dalam keterangan resmi yang dikutip Sabtu, 29 Juli 2023.
|Baca juga: Dolar AS Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Berpeluang Terapresiasi
Menurutnya, persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia juga menguat. Hal ini tecermin pada peningkatan outlook sovereign credit rating Indonesia oleh lembaga pemeringkat R&I, dari stabil menjadi positif, dengan level rating tetap terjaga pada BBB+ (dua notch di atas level terendah investment grade). “Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui triple intervention dan twist operation untuk memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global,” jelas Erwin.
Di sisi lain, Bank Indonesia menilai inflasi kembali ke dalam sasaran lebih cepat dari prakiraan. Inflasi IHK pada bulan Juni 2023 tercatat 3,52 persen year on year (yoy) sehingga berada di dalam sasaran 3,0±1 persen. Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok. Inflasi inti Juni 2023 tercatat 2,58 persen yoy, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,66 persen yoy.
Penurunan inflasi dipengaruhi oleh stabilnya nilai tukar, turunnya harga komoditas global, rendahnya dampak lanjutan dari inflasi volatile food, dan terkendalinya ekspektasi inflasi. Inflasi kelompok volatile food tercatat 1,20 persen yoy, turun dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,28 persen yoy. Inflasi kelompok administered prices juga menurun dari 9,52 persen yoy menjadi 9,21 persen yoy.
Erwin menyampaikan, kembalinya inflasi ke dalam sasaran sebagai hasil positif dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi pangan antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1 persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News