Media Asuransi – Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) bersinergi melanjutkan kebijakan Stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), antara lain dengan mengalokasikan anggaran PEN tahun 2021 sebesar Rp699,4 triliun (lebih besar dari tahun 2020 yang sebesar Rp695,2 triliun), kebijakan moneter akomodatif melalui kebijakan suku bunga acuan yang rendah (3,5%), serta kebijakan restrukturisasi kredit yang diperpanjang hingga Maret 2022 untuk memberikan ruang bagi pelaku usaha bertahan dan melanjutkan usahanya.
Kebijakan tersebut dinilai dapat memberikan dampak positif terhadap pemulihan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 diproyeksikan oleh Bank Dunia mencapai 4,4% dan di 2022 direvisi ke atas menjadi 5%, setelah terkontraksi -2,07% di 2020. Di samping itu, menurut OECD, PDB per kapita Indonesia diperkirakan juga akan pulih di akhir 2021.
“Sebelum peningkatan kasus dan kebijakan PPKM Darurat di Jawa-Bali, beberapa sinyal pemulihan perekonomian Indonesia mulai terlihat, tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia Juni 2021 (53,5) masih stabil berada pada tahap ekspansif (Mei 2021: 55,3), apabila dibandingkan dengan tahun lalu yang turun drastis hingga 39,1 pada Juni 2020,” ungkap Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, dalam webinar “Mid Year Economic Outlook2021 –Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus & Vaksinasi”, Selasa, 6 Juli 2021.
Baca juga: Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Tegaskan Komisaris Boleh Aktif di Kampus
Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen Mei 2021 juga mencapai 104,4 tertinggi sejak pandemi, ditunjukkan juga dengan pertumbuhan penjualan ritel dan peningkatan aktivitas spending berdasarkan data Google Spending and Mobility. Sedangkan peningkatan ekspor dan impor dengan surplus neraca perdagangan Mei 2021 sebesar US$2,36 miliar, yang didorong rebound permintaan global dan kenaikan harga komoditas, sehingga berpotensi menggerakkan pemulihan ekonomi.
“Penjualan mobil ritel bulan Mei 2021 bahkan tumbuh 275,7% yoy (year on year), meskipun masih lebih rendah dibandingkan periode April 2021. Namun demikian, di tengah upaya pemulihan, kita dikejutkan dengan munculnya varian Delta dari India ke hampir 100 negara di dunia, termasuk Indonesia, dengan tingkat reproduction rate paling tinggi (R0= 2,5) dan paling menular,” ujar Wimboh.
Penyebaran varian Delta terjadi secara global ini menyebabkan kasus Covid-19 global kembali meningkat di Eropa, Afrika dan Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri, terjadi lonjakan Bed Occupancy Rate (BOR) mencapai lebih dari 80% di banyak daerah, khususnya DKI Jakarta.
“Untuk itu, kami mengapresiasi dan mendukung sepenuhnya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang berlaku dari 3 Juli 2021 hingga 20 Juli 2021, yang diharapkan dapat menurunkan tambahan kasus positif baru hingga di bawah 10.000 orang per hari dan tetap menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional,” lanjut Wimboh.
Baca juga: 5 Langkah Cepat Mencapai Financial Freedom
Maklum, dalam empat hari terakhir, tambahan kasus positif baru mencapai di atas 20.000 orang dan mendekati 30.000 orang pada hari Senin kemarin, 5 Juli 2021. Sejalan dengan dinamika emerging market, pasar keuangan terpantau melambat sejak pertengahan bulan Maret sampai dengan Mei 2021, meskipun IHSG kemudian kembali menguat di bulan Juni 2021. IHSG per 2Juli 2021 ditutup di level 6.023, menguat 0,63% mtd atau naik 0,73% ytd (year to date).
Pada bulan Juni 2021, terdapat transaksi net buy sebesar Rp24,7 Triliun. Penghimpunan dana di pasar modal per 29 Juni 2021, mencapai Rp67,8 triliun dari 68 Penawaran Umum, khususnya bersumber dari sektor keuangan. Sementara jumlah investor di pasar modal terus naik menjadi 5,37 juta (96% yoy) yang didominasi oleh investor ritel dan masih didominasi oleh investor milenial. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News