1
1

Oradian Soroti Tantangan Digitalisasi Keuangan di Indonesia, Infrastruktur dan Kolaborasi Jadi Kunci

Chief Executive Officer (CEO) Oradian Antonio Separovic. | Foto: Media Asuransi/Muh Fajrul Falah

Media Asuransi, JAKARTA – Upaya digitalisasi sektor keuangan di Indonesia menghadapi tantangan besar meski pemerintah telah menetapkan target inklusi keuangan yang ambisius. Kendati demikian, optimalisasi digital wajib dilakukan guna menjawab berbagai macam tantangan.

Chief Executive Officer (CEO) Oradian Antonio Separovic menyampaikan Indonesia masih berada di titik yang krusial dalam proses transformasi digital. Anton menilai meskipun arah kebijakan nasional mendukung, namun realisasi di lapangan tetap menemui hambatan yang tidak bisa diabaikan.

|Baca juga: AIA Group Kini Punya Bos Wahid yang Baru, Berikut Sosok dan Profilnya!

|Baca juga: Digugat PKPU, Bos Wijaya Karya Bangunan (WEGE) Buka Suara!

“Indonesia saat ini berada di titik kritis transformasi digital. Target pemerintah untuk mencapai 98 persen inklusi keuangan pada pertengahan abad ini adalah target yang ambisius,” ujar Anton, dalam acara forum diskusi bersama AFTECH, di Jakarta, Rabu, 11 Juni 2025.

Ia menambahkan pertumbuhan pesat sektor fintech menjadi motor penggerak yang penting dalam perjalanan ini. Di 2023, nilai transaksi digital atau Gross Transaction Value (GTV) Indonesia menyentuh angka US$313 miliar, menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Meski demikian, Antonio mengingatkan tidak semua institusi keuangan siap menghadapi lonjakan ini. Banyak dari mereka yang masih berkutat dengan tantangan untuk mencapai efisiensi dan kinerja tinggi sambil tetap memenuhi tuntutan regulasi yang ketat.

“Institusi keuangan menghadapi tantangan ganda yakni bagaimana mencapai skala dan performa sambil tetap patuh terhadap regulasi yang ada,” jelasnya.

Selain itu, ia menilai, infrastruktur digital yang menopang sektor ini juga belum sepenuhnya optimal, terutama dalam hal interoperabilitas sistem yang menjadi tulang punggung layanan digital.

Bagi Antonio, keberhasilan digitalisasi akan ditentukan oleh kemampuan semua pihak untuk berkolaborasi, termasuk dengan regulator dan penyedia teknologi. Hal ini penting agar layanan keuangan digital bisa menjangkau lebih luas, termasuk daerah-daerah yang belum tersentuh.

|Baca juga: 4 Komisaris Bukit Asam (PTBA) Lengser Jelang RUPST Pekan Ini, Siapa Saja?

|Baca juga: AFPI Dorong Fintech Lending Segera Penuhi Ekuitas Minimum Jelang Batas Waktu dari OJK

Melihat pengalaman Oradian di negara lain, Antonio optimistis pendekatan mereka bisa diterapkan di Indonesia. Ia menyebutkan bagaimana Oradian berhasil memperluas akses layanan digital hingga ke wilayah terpencil di Filipina dan berperan dalam merumuskan kebijakan bersama regulator.

“Jika saya menilik pengalaman kami di Filipina, kami berhasil menjembatani layanan keuangan digital hingga ke wilayah pedesaan dan pulau-pulau terpencil. Kami juga bekerja sama dengan regulator untuk menyusun kebijakan baru,” ungkap Antonio.

Kini, Oradian membawa pendekatan yang serupa ke Indonesia, yang menurutnya merupakan pasar dengan skala yang jauh lebih besar. Mereka siap bermitra dengan otoritas seperti OJK dan lembaga keuangan lokal untuk membantu mendorong modernisasi.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Astra Life Bersama Permata Bank Tawarkan Produk Anyar
Next Post IHSG Rawan Koreksi, Berikut 4 Saham Pilihan MNC Sekuritas Hari Ini

Member Login

or