Media Asuransi, JAKARTA– Harga emas melonjak ke puncaknya dalam lebih dari dua bulan pada hari Jumat, 24 Januari 2025, ke level US$2.778 per troy ons, mendekati level tertingginya 31 Oktober tahun lalu di $US2.790 per troy ons, didukung oleh melemahnya dollar AS karena pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menginginkan bunga acuan lebih rendah dan harga minyak dunia yang murah.
“Pergerakan hari ini sebagian besar terkait dengan ancaman tarif menyeluruh AS setelah pelantikan Trump. Informasi terkait potensi tarif hanya muncul sedikit,” kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
|Baca juga: Emas Dibuka Melemah Tipis Dipicu Data Ekonomi AS
Pasar kemungkinan akan diuntungkan dari ketidakpastian “perubahan Trump”, dan emas dapat mencapai $3.000 per ons pada pertengahan tahun, kata Julia Khandoshko, CEO di pialang Mind Money.
Kebijakan Trump yang angin-anginan pada tarif impor membingungkan pelaku pasar. Terbaru Trump menyatakan akan mengenakan tarif 25% ke produk asal Kolumbia dan Meksiko. Pekan sebelumnya Trump menyatakan akan mengenakan tarif 10% ke produk China.
Emas batangan dianggap sebagai investasi yang aman selama ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
|Baca juga: Market Brief: Wall Street Menguat Usai Trump Tunda Kebijakan Pengenaan Tarif
Harga emas dapat melonjak hingga $3.000 selama 12 bulan ke depan, kata analis Citi, karena kombinasi permintaan fisik yang kuat, pembelian bank sentral, dan faktor ekonomi makro terus mendukung prospek bullish untuk logam kuning tersebut.
Bank sentral dari kekuatan ekonomi dunia berlomba mengoleksi emas fisik sebagai Cadangan. Tercatat selama setahun bank sentral melakukan pembelian 400 ton emas. Diversifikasi aset oleh bank sentral karena mengantisipasi gejolak politik global.
Harga emas selama tahun lalu mengalami kenaikan, mengalahkan imbal hasil aset berisiko seperti saham dan obligasi. Tensi geopolitik yang tinggi di belahan dunia seperti perang Rusia – Ukraina dan perang di Gaza antara Israel dan Hamas menjadi katalis.
Emas mencetak rekor tertinggi belasan kali selama tahun lalu dengan level tertinggi pada 31 Oktober di mana harganya mentok di US$2.790,15 per troy ons.
Secara tahunan sejak awal tahun hingga akhir tahun, harga emas melesat 28%. Selama periode sama, return saham global hanya mencatat kenaikan 11.3%. Kenaikan harga emas ini melampaui kenaikan di 2023 yang hanya 13,8%.
Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS di awal November sempat membuat emas anjlok bahkan hingga di bawah $2.600 per troy ons pada 18 November 2024. Sehari setelah Pilpres AS pada 7 November 2024 harga emas melorot tajam ke posisi US$ 2.659,24 per troy ons seiring quick count memperlihatkan keunggulan telak Trump atas Kemala Haris. Pelemahan sebesar 3,07% juga menjadi yang terdalam sejak Juni 2024 atau lebih dari empat bulan.
Tekanan harga emas karena pelaku pasar menyerbu dollar AS sebagai antisipasi kebijakan proteksi Trump dengan ancaman tarif impornya. Untuk diketahui, emas dihargai dengan mata uang dollar AS sehingga pegerakan harga emas dan nilai dollar berkebalikan. Perkasanya dollar selama kepemimpinan periode pertama Trump (2016-2020) membuat pelaku pasar melepas emas.
Namun, efek Trump ternyata hanya sesaat. Pelaku pasar tadinya berharap konflik global, pemicu kenaikan harga emas, akan mereda seiring sikap Trump yang lebih lunak ke Rusia dibandingkan Biden. Namun ternyata Trump membawa agenda yang akan lebih menaikkan tensi ketegangan global, yaitu keinginannya mencapol Greenland dan Terusan Panama yang tentu ditentang keras Uni Eropa dan juga Panama.
Belum lagi sikap Trump yang mengizinkan Kembali pengiriman 900 kg bahan bom ke Israel sekaligus membatalkan kebijakan Biden.
Pergerakan emas tentu akan terlihat pasca FOMC Meeting Federal Reserve tengah pekan ini. Trump tampaknya percaya diri himbauannya akan didengar The Fed. Sedangkan The Fed tampaknya akan tetap bergeming mempertahankan bunga saat ini, sekaligus menekankan independensi bank sentral dari tekanan politik.
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News