Media Asuransi, Singapura – Moody’s Investors Service (Moody’s) telah menetapkan peringkat Baa2 senior tanpa jaminan untuk obligasi berdenominasi USD yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia (Baa2 stable). Penerbitan tersebut memiliki jangka waktu hingga 30 tahun.
Dikutip dari keterangan resminya, Moody’s menerangkan bahwa hasil dari emisi obligasi berdenominasi valas tersebut akan digunakan untuk tujuan anggaran umum.
Menurut syarat dan ketentuan yang tersedia di Moody’s, surat utang yang diterbitkan akan merupakan kewajiban langsung, tanpa syarat dan tanpa subordinasi dari Pemerintah Indonesia (penerbit). Catatan peringkat pari passu dengan semua hutang luar negeri senior tanpa jaminan Pemerintah Indonesia saat ini dan di masa depan.
|Baca juga: Pefindo Afirmasi Peringkat Indonesia Re idAA- Outlook Stabil
Peringkat tersebut mencerminkan peringkat Baa2 jangka panjang Pemerintah Indonesia dengan prospek stabil.
Peringkat Baa2 Indonesia didukung oleh penekanan kebijakan pada stabilitas ekonomi makro yang meningkatkan ketahanannya terhadap guncangan. Profil kredit negara didukung oleh ekonominya yang besar, defisit fiskal yang rendah, dan beban utang relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat serupa. Tantangan kredit termasuk mobilisasi pendapatan yang rendah dan akibatnya keterjangkauan utang yang lemah, serta ketergantungan pada pendanaan eksternal.
Menyusul pelemahan pertumbuhan ekonomi akibat pandemi virus corona, Moody’s memperkirakan pertumbuhan PDB di Indonesia akan kembali ke rata-rata 5,0% selama beberapa tahun ke depan, mirip dengan tingkat PDB pra-pandemi. Seperti halnya pasar negara berkembang secara global, tingkat pertumbuhan potensial di Indonesia terus menurun selama dekade terakhir, dan kini menghadapi tekanan tambahan dari kemerosotan ekonomi setelah pandemi.
Namun demikian, pertumbuhan akan sedikit di atas potensi dalam 2-3 tahun ke depan dan di atas rata-rata negara-negara berperingkat Baa, terutama karena ekonomi akan berada dalam fase pemulihan dengan kesenjangan output yang masih tinggi, dan didukung oleh efek dasar yang rendah. Selain itu, Indonesia mendapat manfaat dari guncangan nilai tukar perdagangan yang positif karena harga ekspor komoditas yang lebih tinggi akibat konflik militer Rusia-Ukraina.
|Baca juga: Fitch Tetapkan Peringkat BBB untuk Global Bond Pemerintah Indonesia
Investasi non-residen yang cukup besar di Indonesia membuat negara ini mengalami perubahan arus modal, yang diperparah selama episode tekanan pasar keuangan global. Ini memiliki efek ekonomi yang luas, terutama untuk akun fiskal dan eksternal, tetapi juga untuk bisnis lokal.
Profil kredit korporasi yang lebih lemah karena pelunasan hutang yang lebih tinggi dan biaya perpanjangan dapat merusak kualitas aset bank setelah langkah-langkah kesabaran terkait pandemi dibatalkan, meskipun kapitalisasi yang kuat terus memberikan banyak penyangga terhadap kerugian tak terduga.
Prospek stabil mencerminkan ekspektasi bahwa implementasi reformasi akan berlanjut dengan kecepatan yang stabil dan bertahap. Asumsi utama di balik prospek yang stabil adalah pemulihan kebijakan fiskal dan moneter pra-pandemi, khususnya penghentian peran bank sentral dalam membiayai pengeluaran fiskal, yang dimungkinkan oleh pemulihan pertumbuhan dan konsolidasi defisit fiskal, yang tampaknya sedang berlangsung.
“Hal ini mendasari penilaian kami terhadap efektivitas kebijakan moneter dan fiskal Indonesia. Keluar yang tertunda atau tidak teratur akan membebani kredibilitas kebijakan secara keseluruhan,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News