Media Asuransi, GLOBAL – Diperkirakan premi asuransi di wilayah Asia Pasifik (APAC) naik sebesar 2,3 persen baik di 2024 maupun 2025. Kondisi itu dengan asumsi perusahaan asuransi dapat mengalihkan investasi ke obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
Sebagai catatan penting, Kepala Ekonom Asia Swiss Re Institute John Zhu menegaskan, polis asuransi tetap menghadapi potensi penurunan karena pergeseran preferensi konsumen seiring kenaikan suku bunga. Namun, ia berharap hal ini akan memperkuat profitabilitas sektor asuransi.
“Perusahaan asuransi sekarang dapat mengalokasikan portofolio mereka ke obligasi yang memberikan hasil lebih tinggi, sehingga premi yang diterima dari bisnis baru yang mereka asuransikan akan diinvestasikan ke aset dengan imbal hasil yang lebih tinggi,” ungkap Zhu, dikutip dari laman Insurance Asia, Kamis, 4 Januari 2024.
|Baca: Prudential Syariah Masuki 2024 dengan Optimistis
Proyeksi pertumbuhan ini melampaui rata-rata global sebesar 2,2 persen, sebagaimana terindikasi dalam laporan sigma yang berjudul ‘Risks on the rise as headwinds blow stronger: Economic and insurance market outlook 2024-25‘.
“Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan profitabilitas asuransi dari waktu ke waktu. Dengan demikian, ini akan memberikan dorongan bagi industri asuransi, khususnya dalam hal profitabilitas pada sisi aset,” tuturnya.
Wilayah APAC alami kenaikan premi asuransi lebih moderat
Untuk 2023, diperkirakan wilayah APAC akan mengalami kenaikan premi asuransi yang lebih moderat sebesar 0,7 persen. Meskipun pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata dunia sebesar 1,5 persen, namun tahun-tahun berikutnya yakni 2024 dan 2025 diharapkan menunjukkan tren kenaikan yang lebih kuat dalam premi asuransi di wilayah APAC.
Namun, Zhu mengakui, dampak yang kompleks ada pada perilaku konsumen. Meskipun konsumen mungkin akan mendapat keuntungan dari suku bunga yang lebih tinggi melalui produk berorientasi tabungan, ada potensi kerugian terkait risiko pembatalan untuk produk yang sudah ada.
|Baca: Twelve Capital Harap Tak Ada Dampak Kerugian Langsung Akibat Gempa di Jepang
Produk dengan polis asuransi tetap pada tingkat suku bunga rendah mungkin menjadi kurang diminati, sehingga meningkatkan risiko penyerahan polis.
“Ada risiko pembatalan untuk bisnis yang sudah ada akibat suku bunga tinggi. Produk dengan polis asuransi tetap pada suku bunga rendah kemungkinan menjadi kurang menarik, sehingga meningkatkan risiko penyerahan polis,” pungkas Zhu.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News