1
1

WTW: Perusahaan Tingkatkan Fokus di Manajemen Risiko Hadapi Ancaman yang Berkembang

Ilustrasi. | Foto: oneconcern.com

Media Asuransi, GLOBAL – Di tengah ketidakstabilan global yang sedang berlangsung, perusahaan-perusahaan meningkatkan fokus mereka pada manajemen risiko dengan mengadaptasi strategi untuk menghadapi ancaman yang terus berkembang. Hal ini dilaporkan oleh perusahaan broker asuransi dan reasuransi WTW dalam laporan terbaru mereka.

Setelah tahun di mana hampir seperlima perusahaan harus menyatakan ulang pendapatan akibat peristiwa geopolitik, pada 2024 juga terbukti menantang. Sebanyak 69 persen perusahaan melaporkan gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh masalah geopolitik, menurut laporan WTW yang berjudul ‘Bagaimana Perusahaan Terkemuka Mengelola Risiko Politik Saat Ini?’.

Survei risiko politik tahunan ke-7 oleh WTW mengungkapkan perusahaan-perusahaan telah beralih dari keadaan kewaspadaan menjadi keadaan kesiapan. Sekitar 96 persen responden melaporkan telah berinvestasi dalam strategi manajemen risiko politik baru tahun ini, seperti memperbaiki proses korporat dan membentuk tim lintas fungsi.

|Baca juga: BRI Finance Sukses Pertahankan Performa Keuangan di Kuartal I-2024

Dikutip dari laman Reinsurance News, Senin, 27 Mei 2024, gangguan di Laut Merah menjadi kekhawatiran bisnis utama untuk 2024 karena gangguan rantai pasokan yang disponsori negara. Selain itu, ‘agresi zona abu-abu’ —tindakan yang merusak negara tanpa konflik langsung— telah masuk ke dalam 10 risiko bisnis teratas untuk pertama kalinya.

Laporan tersebut mengungkapkan 47 persen perusahaan mengalami kerugian risiko politik melebihi US$50 juta. Konflik di Gaza memiliki dampak finansial yang lebih kecil dari konflik di Ukraina, dengan hanya empat persen perusahaan melaporkan kerugian finansial signifikan akibat konflik di Gaza. Sebanyak 20 persen melaporkan kerugian serupa akibat konflik di Ukraina.

Tren menuju persaingan geostrategis dan populisme diperkirakan semakin kuat. Dengan pemilihan umum AS yang akan datang, 64 persen perusahaan khawatir tentang risiko politik di Amerika Utara, persentase yang sama dengan yang melaporkan kekhawatiran tentang risiko politik di Asia.

Seorang eksekutif industri minyak yang disebutkan dalam laporan tersebut menyatakan bahwa risiko politik diakui, tetapi tidak menghalangi operasi, mencatat bahwa itu dipandang sebagai faktor yang harus dikelola dalam kerangka manajemen risiko yang lebih luas.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BCA Fasilitasi UMKM Bali dengan Workshop Sertifikasi Halal Gratis
Next Post Optimalkan Layanan Digital untuk Masyarakat, Jokowi Luncurkan INA Digital

Member Login

or