Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat ada kemungkinan pertumbuhan penyaluran pembiayaan oleh industri pembiayaan di tahun 2025, lebih rendah dibandingkan target yang telah ditetapkan. Hal ini sebagai dampak atas tantangan eksternal, antara lain kondisi geopolitik yang mempengaruhi perekonomian global.
“Risiko tersebut juga dapat mempengaruhi penjualan kendaraan bermotor,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, dalam keterangan resmi, Rabu, 19 Februari 2025.
|Baca juga:Aset Industri Pergadaian Naik 24,11% di Tahun 2024
Berdasar data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (GAIKINDO), selama periode Januari-Desember 2024 penjualan kendaraan bermotor menurun sebesar 13,93 persen year on year (yoy) dari penjualan tahun sebelumnya sebesar 1.005.802 unit menjadi 865.723 unit.
Di tahun 2024 lalu, walau penjualan kendaraan bermotor turun, penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor meningkat sebesar 11,91 persen yoy menjadi Rp402,43 triliun. “Hal ini menunjukkan penyaluran pembiayaan masih tetap tumbuh positif di tengah penurunan penjualan kendaraan bermotor,” tegasnya.
Lebih lanjut Agusman menjelaskan bahwa per Desember 2024, piutang pembiayaan mencapai Rp503,43 triliun dengan porsi pembiayaan multiguna sebesar 50,42 persen, pembiayaan investasi sebesar 33,87 persen, pembiayaan modal kerja sebesar 9,91 persen, pembiayaan lainnya sebesar 0,34 persen, serta pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sebesar 5,45 persen.
|Baca juga: OJK Telah Terbitkan 12 Aturan di Sektor Pembiayaan, Modal Ventura, dan LKM
Dia jelaskan, pembiayaan syariah pada Desember 2024 meningkat sebesar 10,11 persen yoy menjadi Rp27,43 triliun, didukung dengan peningkatan pembiayaan investasi dan pembiayaan jasa. Pembiayaan syariah diperkirakan masih akan terus tumbuh positif pada tahun 2025, antara lain didorong oleh diversifikasi dan penambahan produk pembiayaan syariah baru.
“Per Desember 2024, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh 6,92 persen yoy menjadi sebesar Rp503,43 triliun. Penyebab pertumbuhan industri pembiayaan tidak mencapai double digit tersebut antara lain dikarenakan menurunnya penjualan kendaraan bermotor,” jelas Agusman.
Menurutnya, dengan mencermati kondisi penjualan kendaraan bermotor yang menurun, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan diproyeksikan masih tumbuh positif sebesar 8-10 persen yoy pada tahun 2025.
Sementara itu mengenai penyaluran pembiayaan kendaraan listrik, per November 2024 mencapai Rp16,61 triliun atau sebesar 1,81 persen dari total piutang pembiayaan. “Dengan melihat perkembangan tersebut serta dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik, pembiayaan kendaraan listrik ke depan masih memiliki potensi yang besar untuk terus ditingkatkan dan dapat berkontribusi dalam mendorong percepatan terbentuknya ekosistem green financing di Indonesia,” tutur Agusman.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News