1
1

Bos DBS Sebut Obligasi Lebih Cuan dari Saham, Ini Alasannya!

Chief Investment Officer Bank DBS Hou Wey Fook. | Foto: DBS

Media Asuransi, JAKARTA – Chief Investment Officer Bank DBS Hou Wey Fook menyebutkan dari perspektif lintas aset, DBS CIO terus mempertahankan pilihan untuk obligasi ketimbang saham. Obligasi berjangka waktu lebih panjang dan peringkat layak investasi akan memberikan arus kas konsisten di sisi pendapatan portofolio ‘barbell‘.

|Baca juga: Survei: Generasi Z dan Milenial Bidik Pensiun di Usia 60 Tahun

|Baca juga: 2 Perusahaan Asuransi Mau Tutup, Regulasi Ketat Jadi Biang Keroknya?

“Dengan potensi keuntungan dari selisih harga jual dan beli saham bertepatan dengan dimulainya rangkaian penurunan suku bunga oleh The Fed. Saat kita beralih dari jeda ke siklus pemangkasan, investor obligasi harus terus melanjutkan peralihan dari uang tunai ke pendapatan tetap,” ucapnya, dalam DBS CIO Insights 4Q24, Senin, 30 September 2024.

Berikut adalah pokok-pokok imbauan taktis dari DBS CIO untuk triwulan mendatang yakni:

Hubungan antar aset – Mempertahankan pilihan pada obligasi dibandingkan dengan saham yang memberikan pendapatan

Meskipun selisih antara imbal hasil pendapatan AS dan imbal hasil surat berharga Pemerintah AS bertenor 10 tahun telah sedikit membaik, namun secara relatif obligasi tetap lebih menarik dibandingkan dengan saham yang menghasilkan dividen.

Baca juga: 70% Warga Singapura Kesulitan Capai Kesejahteraan Keuangan, Ternyata Ini Biang Keroknya!

|Baca juga: AI Jadi ‘Musuh dalam Selimut’ bagi Perusahaan Kesehatan Digital! Kok Bisa?

“Meskipun arus dana saham mendapatkan momentum sedikit lebih kuat pada triwulan III/2024, data arus dana sejak awal tahun menunjukkan bahwa arus dana obligasi terus memimpin, menyiratkan pilihan berbasis luas untuk obligasi secara lintas aset,” tuturnya.

Ekuitas – Saatnya ekuitas ASEAN berkilau

Kinerja pasar ekuitas di triwulan ketiga mencerminkan pergeseran besar dalam penempatan portofolio karena investor menyesuaikan eksposur mereka untuk mengikuti gelombang pelonggaran moneter The Fed. Dengan penurunan suku bunga Fed lebih lanjut dan pelemahan dolar di depan mata, pasar saham ASEAN dipastikan memberikan kinerja di atas rata-rata.

Obligasi – Selisih imbal hasil obligasi yang kecil saat ini tidak menjadi kekhawatiran dalam lingkungan suku bunga lebih tinggi; tetap mempertahankan pendekatan ‘barbell‘ pada segmen bertenor 1-3 tahun dan 7-10 tahun

Ketika The Fed menurunkan suku bunga, investor mungkin mempertanyakan apakah selisih imbal hasil saat ini cukup lebar untuk mengimbangi potensi lonjakan risiko kredit karena momentum makro melemah. Analisis DBS CIO menunjukkan pada rezim suku bunga lebih tinggi, selisih imbal hasil obligasi berpendapatan tinggi cenderung lebih ketat.

|Baca juga: 2 Perusahaan Asuransi Berencana Kembalikan Izin Usaha, Respons AAUI Malah Begini!

|Baca juga: Perubahan Iklim Bikin ‘Kantong Jebol’, Perusahaan Reasuransi Makin Hati-hati!

“Karena bank sentral memiliki penyangga lebih besar untuk memangkas suku bunga jika momentum ekonomi memburuk, menunjukkan valuasi selisih imbal hasil mungkin tidak semahal seperti yang terlihat,” ucapnya.

Alternatif – Dana nilai lindung dan aset swasta menawarkan sumber keuntungan tambahan, sementara emas diperkirakan terus meningkat

Menapaki era ketidakpastian, investor disarankan untuk mempertimbangkan aset swasta untuk mengembangkan diversifikasi dan meningkatkan ketahanan portofolio. Penyesuaian valuasi baru-baru ini pada saham swasta menawarkan peluang masuk yang menarik.

Sedangkan kemampuan obligasi korporasi menghasilkan pendapatan stabil dengan tingkat gagal bayar lebih rendah membuatnya menjadi instrumen investasi menarik. Dalam jangka menengah hingga panjang, DBS CIO tetap optimistis pada emas.

|Baca juga: Allianz Syariah Sudah Spin Off, OJK Cabut Izin Unit Usaha Syariah

|Baca juga: 2 Perusahaan Asuransi Mau Tutup, Regulasi Ketat Jadi Biang Keroknya?

“Tema terkait keberlanjutan fiskal, penurunan nilai mata uang, dan de-dolarisasi mendukung pembelian oleh bank sentral dan permintaan investasi terhadap emas,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Asuransi Harta Benda dan Kredit Mendominasi Perolehan Premi Industri Asuransi Umum di Semester I/2024
Next Post IHSG Diprediksi Rebound, Ajaib Sarankan Koleksi Saham MBMA, TINS, ADMR

Member Login

or