Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja intermediasi perbankan relatif stabil dengan profil risiko yang terjaga. Pada Februari 2025, pertumbuhan kredit tetap melanjutkan double digit growth sebesar 10,30 persen year on year (yoy), melanjutkan pertumbuhan pada Januari 2025 yang sebesar 10,27 persen, menjadi Rp7.825 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan bahwa berdasar jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi sebesar 14,62 persen, diikuti oleh Kredit Konsumsi 10,31 persen, sedangkan Kredit Modal Kerja tumbuh 7,66 persen. Ditinjau dari kepemilikan, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 10,93 persen yoy.
|Baca juga:Kredit Perbankan Tumbuh 10,30% di Februari 2025
“Berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 15,95 persen, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 2,51 persen,” kata Dian dalam jumpa pers secara daring, Jumat, 11 April 2025.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 5,75 persen yoy, melanjutkan pertumbuha pada Januari 2025 yang sebesar 5,51 persen yoy, menjadi Rp8.926 triliun. Pertumbuhan giro tercatat sebesar 6,09 persen yoy, tabungan naik 7,21 persen yoy, dan deposito tumbuh sebesar 4,25 persen yoy.
OJK menilai bahwa likuiditas industri perbankan pada Februari 2025 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) tercatat sebesar 116,76 persen dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar dan 26,35 persen. Masing-masing masih di atas threshold-nya, yakni AL/NCD sebesar 50 persen dan AL/DPK 10 persen.
|Baca juga: KPK Tetapkan 5 Tersangka dalam Skandal Kredit LPEI, Negara Rugi Rp11,7 Triliun!
“Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 210,14 persen,” jelas Dian.
Di sisi lain, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,22 persen dan NPL net 0,81 persen. Loan at Risk (LaR) juga relatif stabil, tercatat 9,77 persen, sementara di Januari 2025 sebesar 9,72 persen.
Meskipun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, namun menurut Dian, rasio NPL gross dan LaR menurun dibandingkan posisi Februari 2024 yang masing-masing sebesar 2,35 persen dan 11,56 persen. “Rasio LaR tersebut juga sudah di bawah level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019,” tuturnya.
Ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan (capital adequacy ratio/CAR) yang berada di level tinggi yakni sebesar 26,98 persen, sehingga menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global.
Porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan tercatat 0,25 persen, namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan. Per Februari 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh 36,60 persen yoy menjadi Rp21,98 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 23,66 juta.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News