Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa kredit perbankan tetap tumbuh positif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. BI mencatat kredit perbankan pada Maret 2025 sebesar 9,16 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan pada bulan Februari 2025 yang naik sebesar 10,30 persen yoy.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit investasi masih relatif tinggi, yaitu 13,36 persen yoy. Sementara itu pertumbuhan kredit konsumsi tercatat sebesar 9,32 persen yoy dan kredit modal kerja sebesar 6,51 persen yoy.
|Baca juga:Tarif AS Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit Perbankan hingga Premi Asuransi
“Dari sisi penawaran, minat penyaluran kredit (lending standard) dan kondisi likuiditas masih memadai, meskipun sejumlah bank mulai menghadapi kendala dalam meningkatkan pendanaan baik Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun sumber lainnya untuk penyaluran kredit,” kata Perry dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 24 April 2025.
Dia jelaskan, dari sisi permintaan, kontribusi pertumbuhan kredit terutama didukung pada sektor industri, pertambangan, dan jasa sosial, sementara kontribusi pertumbuhan kredit pada sektor konstruksi dan perdagangan masih terbatas.
|Baca juga:Kredit Perbankan per Februari 2025 Mencapai Rp7.825 Triliun
Sementara itu, pembiayaan syariah per Maret 2025 tercatat tumbuh sebesar 9,18 persen. Sedangkan kredit UMKM meningkay sebesar 1,95 persen yoy.
“Ke depan, berbagai risiko ketidakpastian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik perlu menjadi perhatian karena dapat memengaruhi prospek permintaan kredit dan preferensi penempatan aset likuid perbankan. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan akan menuju ke batas bawah kisaran 11 persen hingga 13 persen pada 2025,” tutur Perry.
Sehubungan dengan itu, menurut dia, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif, termasuk mengoptimalkan KLM, dan memperkuat implementasi ketentuan Rasio Pendanaan Luar Negeri (RPLN) untuk mendorong pendanaan perbankan bagi manajemen likuiditas dan penyaluran kredit ke sektor riil. Bank Indonesia juga akan terus mempererat koordinasi dengan KSSK untuk mendorong pertumbuhan kredit dalam mendukung pembiayaan ekonomi.
|Baca juga:Asuransi Kredit Disebut Tawarkan Cuan Menggiurkan, OJK: Asal Risiko Dikelola Lebih Baik!
Gubernur BI menyampaikan bahwa pihaknya terus mendorong implementasi penguatan KLM untuk mendukung pertumbuhan kredit perbankan. Mulai 1 April 2025, KLM ditingkatkan dari paling besar empat persen menjadi sampai dengan lima persen dari DPK.
Hingga minggu kedua April 2025, Bank Indonesia telah memberikan insentif KLM sebesar Rp370,6 triliun, meningkat sebesar Rp78,3 triliun dari minggu keempat Maret 2025 sebesar Rp292,3 triliun. Khusus sektor perumahan, insentif KLM meningkat sebesar Rp84,0 triliun dari minggu keempat Maret 2025 seiring dengan implementasi penguatan KLM pada 1 April 2025.
Insentif KLM diberikan masing-masing kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp161,7 triliun, BUSN sebesar Rp167,4 triliun, BPD sebesar Rp35,7 triliun, dan KCBA sebesar Rp5,8 triliun. Secara sektoral, insentif tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas yakni pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News