1
1

OJK Meyakini, Digitalisasi di Perbankan Tak Menimbulkan Gelombang PHK

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae (tengah), seusai peluncuran Buku Panduan Resiliensi Digital untuk perbankan di Jakarta, 20 Agustus 2024. | Foto: Media Asuransi/Edi Santosa

Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini bahwa penggunaan IT (information technology) di perbankan akan meningkatkan efisiensi operasional bank. Di sisi lain, pemanfaatan IT ini tidak akan berdampak pada massifnya PHK (pemutusan hubungan kerja) di perbankan.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, kepada wartawan seusai meluncurkan Buku Panduan Resiliensi Digital untuk perbankan di Jakarta, Selasa, 20 Agustus 2024.

“IT itu necessary, tidak mungkin lagi kita menghindari penggunaan IT. Digitalisasi adalah suatu proses yang seharusnya dilakukan. Apa lagi untuk lembaga intermediasi seperti perbankan yang banyak memberikan pelayanan untuk publik. Jadi perbaikan pelayanan dengan perbaikan penggunaan IT dan in the same time efisiensi perbankan meningkat berkat penggunaan IT,” kata Dian.

|Baca juga: 4 Arahan Wapres untuk Optimalkan Pengembangan Industri Perbankan Syariah, Apa Saja?

Dia tegaskan bahwa bahwa IT di bank, sebetulnya teknologi ini menurut saya bisa dikatakan hanya bagaimana cara orang bekerja secara lebih efisien. Tetapi bagaimana misalnya pengalaman yang sifatnya personal, bagaimana kebutuhan yang sifatnya sangat spesifik tertentu dari masyarakat tertentu, itu adalah tergantung dari bagaimana bank itu sendiri,” lanjutnya.

Terkait apakah ada efisiensi pegawai bank, Dian mengatakan bahwa tidak harus seperti itu. “Ternyata jika bank menggunakan teknologi, tidak seperti itu logikanya. Sebagai contoh ada dua bank yang saat ini menggunakan super apps, tenaga kerja yang diperlukan di bank sekitar 300-400 orang hanya untuk menangani masalah itu,” jelasnya.

Oleh karena itu, menurut dia, sebenarnya yang ada adalah memang persoalan tenaga kerja kita itu lebih banyak terkait dengan masalah transformasi. Transformasi dari skill yang dibutuhkan sebetulnya. Di berbagai negara juga seperti itu. “Jadi artinya bagaimana kita me-retrained masyarakat kita, yang tadinya mungkin di industri-industri yang tradisional kemudian harus bisa adaptif terhadap industri-industri yang menggunakan teknologi. Nah, ini perlu ada trainingtraining khusus,” ucapnya.

Dian menambahkan, bahkan pelatihan-pelatihan semacam itu sudah diterapkan di berbagai negara, termasuk di Singapura. “Termasuk Singapura sekalipun, tetangga kita itu dengan kiat melakukan retraining namanya, untuk bagaimana memastikan tenaga kerja yang tadinya sektor tradisional kemudian bisa melakukan loncatan ke sektor-sektor yang sudah digitalize,” tuturnya.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Suncorp Ramal Pertumbuhan Premi Asuransi Bakal Melambat di 2025
Next Post Modalku Berkolaborasi dengan LOTTE Grosir untuk Penuhi Kebutuhan UMKM

Member Login

or