1
1

Studi UOB: Konsumen Indonesia menunjukkan Literasi Keuangan yang Kuat

Pelaku UMKM di Tegal mengikuti kegiatan literasi dan inklusi keuangan bersama OJK, di Tegal, Jawa Tengah, Senin, 29 Januari 2024. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Konsumen Indonesia menunjukkan tingkat literasi keuangan yang kuat dengan tetap aktif dalam pilar-pilar utama seperti menabung, berinvestasi, merencanakan pensiun, dan melindungi diri melalui asuransi, meskipun di tengah meningkatnya pesimisme ekonomi.

Hal ini diungkapkan dalam ASEAN Consumer Sentiment Study (ACSS) 2024, studi unggulan terbaru UOB. Bermitra dengan firma konsultasi manajemen global Boston Consulting Group, UOB ACSS 2024 mengeksplorasi tren dan sentimen konsumen di lima negara ASEAN, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Studi daring ini dilakukan pada Mei dan Juni 2024, dengan melibatkan 1.000 konsumen Indonesia dari berbagai kelompok demografi untuk memahami tingkat literasi keuangan, prioritas dan perilaku perencanaan mereka.

|Baca juga: OJK Genjot Literasi Keuangan Demi Wujudkan Masyarakat Melek Finansial

Consumer Banking Director UOB Indonesia, Cristina Teh Tan, mengatakan UOB Indonesia percaya bahwa memahami nasabah adalah fokus dari segala hal yang dilakukan perseroan. UOB ACSS 2024 mencerminkan komitmen kami untuk menggali wawasan yang paling relevan bagi masyarakat Indonesia.

Menurut dia, temuan ini menegaskan kematangan finansial konsumen Indonesia yang semakin meningkat, bahkan di tengah tantangan ekonomi. UOB Indonesia tetap berkomitmen untuk memberdayakan individu dengan alat dan sumber daya guna mencapai tujuan keuangan mereka, mulai dari menabung dan asuransi, hingga perencanaan pensiun. “Wawasan ini memungkinkan kami untuk mendukung masyarakat Indonesia dalam membangun masa depan finansial yang aman,” kata Cristina dalam keterangan resmi yang dikutip Selasa, 10 Desember 2024.

ACSS 2024 mengungkapkan bahwa konsumen Indonesia semakin merasakan ketidakpastian terhadap kondisi ekonomi saat ini dibandingkan tahun lalu. Studi ini menunjukkan bahwa lebih banyak konsumen merasa tidak yakin (26 persen, naik tiga persen dari 2023), khawatir (25 persen, naik sembilan persen dari 2023), dan cemas (18 persen, naik tujuh persen dari 2023) terhadap keadaan ekonomi Indonesia.

|Baca juga: ICDX Sebut Tingkat Literasi Keuangan Remaja Baru 51,70%

“Kekhawatiran terhadap resesi juga meningkat. Hampir tiga dari empat konsumen Indonesia mengatakan bahwa mereka yakin resesi akan terjadi dalam enam hingga 12 bulan ke depan, naik tiga poin persentase dari tahun lalu dan lebih tinggi dari rata-rata regional sebesar 71 persen,” jelasnya.

Hasil studi juga menunjukkan bahwa inflasi yang meningkat dan biaya rumah tangga mendorong pesimisme dan tetap menjadi masalah utama keuangan bagi masyarakat Indonesia. Menanggapi hal ini, 62 persen responden memulai tambahan sumber pendapatan sekunder, 58 persen menunda pengeluaran besar, dan 54 persen memotong pengeluaran yang tidak penting.

Tekanan finansial juga berdampak pada kemampuan konsumen untuk menabung dan berinvestasi. Hampir separuh responden mengatakan bahwa kemampuan mereka untuk menabung terdampak, dengan Gen Z menjadi kelompok yang paling merasakan tekanan ini (54 persen).

Demikian pula, 40 persen responden melaporkan adanya tantangan dalam menyisihkan uang untuk investasi, dan kelompok mass aflluent merupakan kelompok yang paling terdampak (43 persen). Selain itu, 35 persen konsumen melaporkan kesulitan dalam membeli barang-barang penting untuk keluarga dan diri mereka sendiri, dan 40 persen mass consumer menyatakan kesulitan tersebut.

Cristina menyampaikan bahwa UOB Indonesia mengapresiasi ketangguhan konsumen Indonesia dalam menjaga praktik keuangan yang baik. Lebih dari separuh generasi Baby Boomers menyisihkan lebih dari 20 persen pendapatan bulanan mereka untuk tabungan, sementara 41 persen Gen Y melakukan hal yang sama. Sebanyak 44 persen responden telah menyisihkan dana darurat yang cukup untuk menutupi kebutuhan selama setidaknya tiga bulan, menunjukkan fokus pada kesiapan finansial.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Resesi hingga Ledakan Inflasi Jadi Kekhawatiran Para Pemimpin Bisnis di G20
Next Post Industri Pialang Asuransi Global Diramal Tembus US$628,3 Miliar di 2032

Member Login

or