Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah merevisi Outlook Peringkat Nasional Insurer Financial Strength (IFS) PT Asuransi Asei Indonesia (Asei) menjadi Negatif dari Stabil dan mengafirmasi peringkat di ‘A(idn)’. Fitch menilai kualitas kredit standalone Asei di ‘a(idn)’
“Outlook Negatif mencerminkan penurunan dalam metrik kapitalisasi dan kinerja keuangan Asei. Risiko ini berasal dari potensi klaim yang tinggi pada bisnis properti, dan penurunan nilai piutang, akibat keterlambatan pemulihan klaim dari dukungan perusahaan asuransi jiwa dalam bisnis asuransi kredit,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Selasa, 17 September 2024.
Peringkat Nasional IFS ‘A’ menunjukkan kapasitas yang kuat untuk memenuhi kewajiban terhadap pemegang polis relatif terhadap semua kewajiban atau emiten lain di negara atau serikat moneter yang sama, di semua industri dan jenis kewajiban.
|Baca juga: Asuransi Asei dan LPEI Sinergi Perkuat Dukungan Ekspor Nasional
Fitch menerangkan kapitalisasi Asei, yang diukur dengan modal berbasis risiko (RBC), turun menjadi 208% pada akhir Juni 2024 (akhir 2023: 265%) karena cadangan klaim yang lebih tinggi di bisnis asuransi umum. Asei memiliki leverage keuangan yang tinggi sebesar 48% pada akhir Juni 2024 (2023: 47%) karena pinjaman subordinasi sebesar Rp407 miliar dari induknya, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero).
Asei menerima pinjaman tersebut selama 2017-2018, tanpa tanggal jatuh tempo. Meskipun demikian, saldo ekuitas Asei sebesar Rp440 miliar pada akhir Juni 2024 melebihi persyaratan ekuitas baru regulator untuk 2026 sebesar Rp250 miliar.
Rasio gabungan Asei memburuk menjadi 169% pada 6 bulan 2024, dari 102% pada 2023, akibat klaim dari bisnis asuransi umum yang tinggi, sebagian besar dari lini properti, dan penurunan nilai piutang yang tinggi, terutama dalam asuransi kredit. Asei mencatat tambahan penurunan nilai piutang sebesar Rp12 miliar pada 6 bulan 2024 (2023: Rp30 miliar).
|Baca juga: Peringkat Asuransi Asei Diafirmasi A dengan Outlook Stabil oleh Fitch
Lebih dari 50% piutang reasuransi berasal dari asuransi umum dan 30% dari asuransi kredit. Sekitar 20% piutang mengalami penurunan nilai, setelah pemulihan klaim yang lama, sebagian besar dari dukungan perusahaan asuransi jiwa yang menutupi klaim kematian dalam bisnis asuransi kredit multiguna.
Asei mencatat rugi bersih sebesar Rp19 miliar pada 6 bulan 2024, dari laba bersih sebesar Rp8 miliar pada 2023. Pengembalian ekuitas yang disetahunkan adalah -8% pada 6 bulan 2024, dari 2% pada 2023.
Fitch memperkirakan kinerja keuangan Asei akan tetap fluktuatif karena paparan terhadap asuransi umum yang tinggi relatif terhadap ukurannya yang kecil, dan perubahan cadangan terkait dengan bisnis asuransi kredit jangka panjang yang sudah ada.
Premi Bruto
Premi bruto Asei turun sebesar 15% pada 6 bulan 2024 (2023: -41%) karena bisnis asuransi kredit yang menurun. Asei berhenti menerima bisnis asuransi kredit multiguna dari klien utamanya mulai dari kuartal I/2024, sehingga pangsa asuransi kredit dalam premi bruto (GPW) turun menjadi 12% pada 6 bulan 2024, dari 54% pada 2023. Akibatnya, asuransi umum, yang sebagian besar terdiri dari asuransi properti, menjadi bisnis utama sebesar 67% dari GPW (2023: 29%).
Asei semakin banyak mengalihkan premi ke reasuransi, karena skala yang kecil dan paparan terhadap bisnis properti. Retensi premi – diukur dari rasio premi neto terhadap premi bruto – menurun menjadi 40% pada 6 bulan 2024, dari 43% pada 2023. Rata-rata tiga tahun adalah 47% selama 2021-2023, di bawah rata-rata industri asuransi umum sebesar 56% dan perusahaan lain yang diberi peringkat. Eksposur kapital Asei terhadap pemulihan reasuransi lebih tinggi dari perusahaan asuransi umum lainnya.
|Baca juga: Asei Luncurkan Program Halal Exporter Empowerment Madina21
Rasio ini melonjak selama tiga tahun terakhir menjadi 203% pada akhir Juni 2024 (2023: 174%) karena meningkatnya aset reasuransi dari bisnis asuransi umum, menyusul klaim tinggi dalam asuransi properti, dan bisnis asuransi kredit.
Rasio pemulihan reasuransi yang tinggi dapat meningkatkan risiko Asei mengingat kualitas kredit yang lemah dari dukungan perusahaan asuransi jiwa dalam bisnis asuransi kredit dan beberapa reasuransi domestik dalam panel reasuransi Asei. Treaty reasuransi perusahaan dipimpin oleh PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero).
Fitch menilai profil perusahaan Asei sebagai ‘Kurang Baik’, berdasarkan profil bisnis ‘Kurang Baik’ dan tata kelola perusahaan ‘Netral’ dibandingkan dengan asuransi lainnya di Indonesia. Penilaian profil bisnis didorong oleh franchise bisnis yang terbatas, dengan pangsa pasar yang kecil sebesar 0,3% berdasarkan GPW pada 2023 (2022: 0,5%).
Selain itu, selera risiko lebih tinggi daripada sektor, dengan eksposur yang tinggi terhadap asuransi umum relatif terhadap ukurannya yang kecil, dan memiliki diversifikasi yang terbatas.
Asei memiliki strategi investasi yang konservatif, karena paparan terhadap aset berisiko relatif terhadap ekuitas tetap rendah. Lebih dari 80% aset investasi Asei berada dalam bentuk kas dan setara kas serta surat berharga pendapatan tetap pada akhir 2023. Sisa portofolio investasi terdiri dari berbagai instrumen, termasuk saham dan reksa dana.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News