1
1

Peningkatan Inklusi Jadi Hambatan di Tengah Transformasi Digital Industri Asuransi

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Industri asuransi Filipina menghadapi tantangan besar untuk beradaptasi dengan transformasi digital dan memperluas inklusi. Dengan penetrasi pasar yang menurun di bawah dua persen maka upaya menuju keberlanjutan dan edukasi konsumen menjadi semakin penting.

Dalam sesi panel di Asian Banking & Finance dan Insurance Asia Summit, para ahli membahas dampak transformasi digital terhadap sektor asuransi. Caesar V Parlade, moderator diskusi, menekankan teknologi kini menjadi elemen fundamental.

|Baca juga: Digitalisasi Disebut Kunci Lonjakan Penetrasi Asuransi, OJK: Bisa Direct to Consumer!

|Baca juga: OJK Bakal Rilis Sejumlah POJK Baru di 2025 untuk Perkuat Asuransi hingga Dana Pensiun, Ada Bocorannya?

“Digitalisasi bukan hanya alat, tetapi perubahan mendasar dalam cara perusahaan beroperasi,” ujarnya, dikutip dari Insurance Asia, Senin, 14 Oktober 2024.

CEO Singlife Philippines Lester Cruz menyoroti pentingnya kecepatan dan pengalaman pelanggan dalam perusahaan digital. “Setiap interaksi dengan pelanggan harus instan,” katanya seraya menambahkan produk yang sulit dipahami justru merusak tujuan digitalisasi.

Namun, menurut CEO Insular Life Raoul Antonio Littaua, inklusi melalui digitalisasi masih jauh dari kata sempurna. “Digitalisasi memungkinkan inklusi, tetapi tidak otomatis,” jelasnya.

|Baca juga: Curi Perhatian Dunia, AAUI Harap Indonesia Rendezvous 2024 Dorong Industri Asuransi Tumbuh Berkelanjutan

|Baca juga:  |Baca juga: AAUI Beberkan ‘Amunisi’ untuk Industri Asuransi Tumbuh Signifikan

Asuransi mikro menjadi salah satu solusi untuk masyarakat yang kurang terlayani. Namun, menurut Cruz, fokus harus beralih dari harga murah ke nilai yang ditawarkan. “Apakah ini soal harga atau nilai?” tanyanya.

Littaua juga mempertanyakan siapa yang sebenarnya diuntungkan oleh asuransi mikro, yang sering kali lebih berpihak pada pemberi pinjaman ketimbang nasabah. “Siapa yang kita lindungi, orangnya atau pemberi pinjaman?” tegasnya.

|Baca juga: AAUI Siap Gelar Indonesia Rendezvous 2024 di Bali, Ini Rangkaiannya!

|Baca juga: Reconnecting Dinner Awali Acara 28th Indonesia Rendezvous 2024

Terakhir, para ahli setuju edukasi adalah tantangan terbesar. Meski teknologi terus berkembang, namun banyak konsumen yang masih belum memahami sepenuhnya manfaat asuransi. “Tantangan terbesar yang kami hadapi saat ini adalah edukasi,” ujar Cruz menutup diskusi.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Program Konversi Kendaraan Listrik Diyakini Buka Banyak Lapangan Kerja Baru
Next Post Bank Muamalat dan Universitas Muhammadiyah Kupang Jalin Kerja Sama

Member Login

or