Media Asuransi, GLOBAL – S&P Global Ratings menyebutkan premi asuransi siber global diperkirakan tumbuh hingga 15-20 persen setiap tahun atau mencapai US$23 miliar pada 2026 dari US$14 miliar di akhir 2023.
Dalam laporan bertajuk ‘Cyber Insurance Market Outlook 2025: Cycle Management Will Be Key To Sustaining Profits‘, S&P menilai pasar asuransi primer dan reasuransi siber saat ini memiliki margin yang solid.
|Baca juga: Lima Direksi Tugu Insurance Kompak Borong Saham TUGU
|Baca juga: Dikabarkan Jadi Dirut Marein (MREI), Robby Loho Mundur sebagai Preskom
“Hal ini mendukung pandangan kami bahwa industri ini stabil, meskipun persaingan semakin ketat dan insiden siber terus meningkat baik dari segi frekuensi maupun tingkat kerumitannya,” ujar Analis S&P Global Ratings Manuel Adam, dikutip dari Insurance Asia, Selasa, 3 Desember 2024.
Asia Pasifik mencatat pertumbuhan tahunan rata-rata atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 68 persen untuk asuransi primer dari 2019 hingga 2023, sementara reasuransi tumbuh 69 persen.
Pasar Amerika Utara dan Eropa Barat tercatat lebih matang dibandingkan dengan Asia Pasifik dan Amerika Latin. “Di pasar asuransi siber primer, Amerika Latin dan Asia Pasifik mengalami tingkat pertumbuhan premi tertinggi selama lima tahun terakhir,” tulis laporan tersebut.
Untuk mempertahankan profitabilitas dan memenuhi permintaan yang meningkat, industri reasuransi siber disarankan melakukan beberapa langkah strategis. Di antaranya adalah mendorong penguatan langkah-langkah keamanan siber bagi pemegang polis, menjaga kejelasan dalam perumusan kebijakan, serta mengelola tingkat retensi dan batas cakupan secara hati-hati.
|Baca juga: Jangan Anggap Sepele, Ini Pentingnya Self Reward Buat Diri Sendiri!
|Baca juga: Anti Boncos, Investor Wajib Pahami Jebakan Psikologis Investasi Saham!
“Insurer akan membantu pemegang polis menyempurnakan kerangka kerja keamanan siber mereka selama dua tahun ke depan, sekaligus memastikan kebijakan yang jelas dan penyesuaian tarif selektif untuk mempertahankan margin yang memadai,” kata Adam.
Industri ini dinilai perlu terus beradaptasi untuk menghadapi risiko siber yang kian kompleks sekaligus menjawab kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News