Media Asuransi, GLOBAL – Kesadaran warga Singapura terhadap asuransi kesehatan terus meningkat. Survei MDRi mencatat 36 persen masyarakat memilih menambah perlindungan di luar asuransi yang diberikan kantor.
Secara keseluruhan, 90 persen warga Singapura sudah memiliki asuransi kesehatan, dengan 49 persen di antaranya memegang polis pribadi.
|Baca juga: Kronologi Dirjen Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata Jadi Tersangka Kasus Korupsi Jiwasraya
|Baca juga: Penyakit Kritis di RI Tinggi, OJK Pastikan Perusahaan Asuransi Terapkan Tata Kelola yang Baik
“Masyarakat Singapura semakin memprioritaskan kesehatan dalam perencanaan keuangan mereka, dengan 23 persen responden berencana meningkatkan anggaran kesehatan pada 2025,” tulis laporan tersebut, dikutip dari Insurance Asia, Kamis, 13 Februari 2025.
Di kalangan masyarakat berpenghasilan menengah, persentasenya lebih tinggi, mencapai 31 persen. Sementara itu, hanya 10 persen warga yang belum memiliki asuransi, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Hong Kong.
Sebanyak 24 persen warga berencana membeli asuransi tambahan pada 2025. Mereka ingin memitigasi risiko finansial (43 persen), mendapatkan cakupan perlindungan lebih luas (39 persen), serta mengantisipasi lonjakan biaya medis (37 persen).
|Baca juga: Saham Emiten Asuransi Bervariasi Usai Dirjen Anggaran Kemenkeu Jadi Tersangka Kasus Jiwasraya
|Baca juga: Begini Nasib Saham Telkom (TLKM) Usai Komisarisnya Jadi Tersangka di Jiwasraya
Namun, harga yang tinggi masih menjadi kendala, dengan 52 persen individu tak berasuransi menyebut faktor biaya sebagai penghalang utama. CEO MDRi Simon Tye menyebut industri asuransi Singapura sudah cukup matang dengan mayoritas penduduk terlindungi.
“Sebagian besar warga sudah memiliki asuransi, tetapi masih ada peluang bagi perusahaan untuk menarik mereka yang belum terlindungi dengan menawarkan solusi lebih terjangkau,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News