Media Asuransi, JAKARTA – PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) telah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 20 Februari 2025, untuk melaksanakan Penawaran Umum Terbatas III dengan mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.
Informasi tersebut diungkapkan oleh manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi publik dikutip, Senin, 24 Februari 2025.
|Baca juga: MNC Energy Investments (IATA) Akan Cari Dana dari Rights Issue
Dalam aksi korporasi ini, IATA akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 20.190.596.389 saham Seri B, atau sebesar 44,44% dari total modal disetor setelah PUT III, dengan rasio pembagian 5:4 (setiap lima saham lama akan mendapatkan empat HMETD), di mana setiap 1 (satu) HMETD berhak untuk membeli 1 (satu) saham baru yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan pemesanan pelaksanaan HMETD.
Dengan harga eksekusi HMETD sebesar Rp63 per saham, IATA menargetkan penghimpunan dana segar hingga Rp1,27 triliun. Seluruh dana yang diperoleh setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi terkait, akan digunakan sebagai modal kerja Perseroan termasuk untuk melakukan trading batu bara.
|Baca juga: Xolare RCR Energy (SOLA) Raih Kontrak senilai Rp416,97 Miliar
Perseroan meyakini bahwa bisnis batu bara akan terus berkembang positif pada tahun 2025, didukung oleh permintaan yang stabil dan strategi operasional yang efisien, meskipun dihadapkan pada fluktuasi harga, kenaikan biaya bahan bakar, tarif royalti, peraturan terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang baru, serta biaya operasional lainnya.
Batu bara merupakan sumber energi terjangkau dan bahan bakar utama untuk sektor kelistrikan di beberapa negara besar seperti China dan India. Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi permintaan batu bara global akan mencapai 8.801 juta ton pada 2025 atau bertambah 0,34% dibandingkan tahun 2024.
China sebagai konsumen batu bara terbesar dunia, diproyeksikan akan mengonsumsi sebesar 4.940 juta ton (56%), sedangkan India sebagai konsumen batu bara terbesar kedua diperkirakan mencapai konsumsi sebesar 1.363 juta ton (15%) pada 2025.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News