1
1

Mengenal Hari Raya Nyepi: Tradisi Kesunyian dan Makna Spiritual bagi Umat Hindu

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, JAKARTA – Hari Raya Nyepi merupakan salah satu perayaan keagamaan paling unik di Indonesia. Berbeda dari hari besar lainnya yang identik dengan kemeriahan, Tahun Baru Saka ini justru dirayakan dalam kesunyian.

Selama 24 jam, seluruh aktivitas di Bali terhenti, termasuk operasional bandara, demi menjalankan ritual yang mengutamakan refleksi diri dan keharmonisan alam. Tiga hari sebelum perayaan Nyepi, umat Hindu Bali mengadakan ritual Melasti, sebuah prosesi penyucian diri yang dilakukan di sumber air suci seperti laut, danau, atau sungai.

|Baca juga: Bos Pertamina Tegaskan Pertamax Sesuai Spesifikasi, Berikut Penjelasan Lengkapnya!

|Baca juga: Laba Operasional Turun Drastis, Ini Penjelasan Manajemen BRI (BBRI)

Melansir berbagai sumber, Sabtu, 29 Maret 2025, air dalam ritual ini dipercaya mampu membersihkan berbagai unsur negatif, baik yang ada dalam diri manusia maupun alam semesta. Umat Hindu membawa pralingga, benda sakral dari pura, untuk dimandikan sebagai simbol penyucian spiritual sebelum memasuki Tahun Baru Saka.

Malam sebelum Nyepi, masyarakat Hindu Bali menggelar ritual Bhuta Yadnya, yang bertujuan untuk mengusir kekuatan negatif dari Pulau Dewata. Dalam ritual ini, dibuatlah patung raksasa bernama Ogoh-Ogoh, yang melambangkan Bhuta Kala atau roh jahat.

Ogoh-Ogoh diarak keliling desa dengan iringan gamelan Bleganjur, kemudian dibakar sebagai simbol penghancuran sifat buruk dan pembersihan alam dari energi negatif.

Ketika memasuki Hari Raya Nyepi, umat Hindu Bali menjalankan Catur Brata Penyepian, yaitu empat pantangan utama yang harus ditaati. Pertama, Amati Geni, yang melarang penggunaan api dan listrik. Kedua, Amati Karya, yang meniadakan segala bentuk pekerjaan.

|Baca juga: Digugat PKPU oleh Askrindo, Ricky Putra Globalindo (RICY) Buka Suara

|Baca juga: Kontrak Asuransi dengan Stop-Loss, Apakah Termasuk dalam IFRS 17?

Ketiga, Amati Lelungan, yang membatasi perjalanan atau aktivitas di luar rumah. Keempat, Amati Lelanguan, yang mewajibkan puasa dan menahan diri dari hiburan.

Selama Nyepi, Bali benar-benar dalam kondisi sunyi. Jalanan kosong, tidak ada aktivitas wisata, dan seluruh warga, termasuk pendatang, diwajibkan untuk mengikuti aturan ini. Bahkan, pihak berwenang seperti pecalang (petugas keamanan adat) melakukan patroli guna memastikan seluruh masyarakat mematuhi tradisi ini.

Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Nyepi memiliki makna filosofis yang dalam. Tradisi ini mengajarkan manusia untuk mengendalikan hawa nafsu, menjaga keseimbangan alam, dan merefleksikan kehidupan guna menyambut tahun yang baru dengan kesadaran spiritual yang lebih baik.

Keyakinan masyarakat Bali juga menyebutkan bahwa kesunyian ini dapat mengelabui roh jahat, sehingga mereka mengira Bali tidak berpenghuni dan pergi meninggalkan pulau tersebut.

|Baca juga: Berminat Beli Unitlink saat Industri Pasar Modal Kian Menantang? Infovesta Sarankan Hal Berikut!

|Baca juga: KPK Tetapkan 5 Tersangka dalam Skandal Kredit LPEI, Negara Rugi Rp11,7 Triliun!

Dengan segala keunikannya, Nyepi bukan hanya menjadi perayaan agama, tetapi juga warisan budaya yang memperkuat nilai spiritual dan kelestarian alam. Tradisi ini telah menarik perhatian dunia sebagai contoh nyata bagaimana harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan dapat dijaga dalam kehidupan modern.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Mudik Lebaran 2025: Pertamina Pastikan Oktan Pertalite, Pertamax, hingga Pertamax Turbo Sesuai Standar
Next Post Allianz Bagikan Tips Mengatasi Kasus Demam Berdarah Dengue

Member Login

or