1
1

Kebijakan Tarif Resiprokal Donald Trump Tak Berdampak Signifikan Bagi Tugu Insurance

Logo PT Asuransi Tugu Pratama indonesia Tbk (Tugu Insurance). | Foto: doc

Media Asuransi, JAKRTA – Kebijakan pengenaan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump yang memicu perang dagang, diperkirakan tidak berdampak signifikan PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau Tugu Insurance. Sejak tahun lalu, Tugu Insurance menyiapkan sejumlah langkah untuk memitigasi dampak ketidakstabilan ekonomi global dan saat ini perseroan memiliki fundamental yang bagus.

mengungkapkan bahwa kebijakan tarif impor sebesar 32 persen yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan tekanan tersendiri bagi sejumlah sektor usaha yang menjadi nasabah perusahaan asuransi. Kebijakan ini dinilai berpotensi menurunkan pendapatan premi, terutama pada sektor-sektor yang terdampak langsung.

|Baca juga: Saham Tugu Insurance Rebound 9% dalam 4 Hari

Presiden Direktur Tugu Insurance, Tatang Nurhidayat, mengakui bahwa kebijakan tarif Donald Trump akan membuat industri asuransi mengalami tekanan, walau dampaknya tidak merata di seluruh sektor bisnis. “Kita punya banyak sektor (bisnis). Tetapi beberapa sektor sebetulnya tidak terlalu terdampak,” katanya saat berbincang-bincang dengan beberapa wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Tatang, sejumlah sektor utama yang menjadi portofolio Tugu Insurance, termasuk energi, masih menunjukkan prospek positif. “Misalkan kita bicara sektor energi, aset di sektor energi itu kayaknya enggak akan berkurang karena kebutuhan energinya sudah sebesar itu. Bahkan kita masih ada kekurangan, makanya pemerintah menggenjot bagaimana lifting minyak lebih banyak, artinya kan justru investasi baru mungkin akan ada,” jelasnya.

Di sisi lain, kebijakan tarif resiprokal Donald Trump ini dapat berakibat dampak tidak langsung bagi perusahaan asuransi. Terutama berkaitan dengan makro ekonomi, yakni menimbulkan kekhawatiran penurunan daya beli, deindustrialisasi, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).

|Baca juga: Premi Bruto Tugu Insurance Naik 10,73%

Dampak tidak langsung dari kondisi ini, misalnya potensi penurunan penjualan kendaraan bermotor maupun pembiayaan dari perbankan, yang pada akhirnya akan memengaruhi bisnis  asuransi umum yang punya lini usaha tersebut. Asuransi kendaraan bermotor, tidak memiliki porsi yang dominan di Tugu Insurance, sehingga perseroan tidak akan terdampak potensi penurunan penjualan kendaraan bermotor di tahun ini.

Dampak lainnya yang kemungkinan akan dialami perseroan adalah pergerakan nilai tukar, khususnya rupiah terhadap dolar AS. Sebagai perusahaan yang menjalankan transaksi dalam mata uang asing dan memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan reasuransi luar negeri, fluktuasi nilai tukar rupiah menjadi tantangan tersendiri bagi Tugu Insurance.

“Ada dampak dari currency. Karena corporate business terekspos dengan currency. Reinsurance kita juga banyak yang luar negeri. Dari sisi pendapatan, premi kita ada yang rupiah, ada yang mata uang asing. Itu juga pasti ada dampaknya,” tuturnya.

Di sisi lain, ketidakpastian global akibat kebijakan tarif resiprokal Donald Trump ini menyulitkan perusahaan untuk memprediksi kinerja investasi hingga akhir tahun. “Kita sulit untuk memprediksi sampai dengan akhir tahun itu investasi itu akan seperti apa. Sesulit kita memprediksi bagaimana Trump akan mengeluarkan suatu kebijakan. Kita nggak bisa tebak, besok dia mau apa,” katanya.

|Baca juga: Laba Tugu Insurance Naikan 363% di Awal Tahun, Bagaimana Strateginya?

Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan & Layanan Korporat Tugu Insurance, Emil Hakim, menambahkan bahwa dampak jangka pendek yang paling terasa saat ini yaitu nilai tukar dan investasi. Meski begitu, menurutnya perusahaan telah melakukan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.

Dia menuturkan bahwa dampak nilai tukar cukup terasa karena ada premi dan pembayaran premi untuk reasuransi yang dilakukan Tugu Insurance menggunakan mata uang asing. Sementara dari sisi hasil investasi, dia menyatakan posisi Februari 2025 cukup menantang, namun sudah mulai recovery di Maret 2025.

Emil juga menyatakan bahwa Tugu Insurance sudah mengantisipasi kondisi volatilitas di pasar saham, termasuk yang berkaitan dengan suku bunga sejak tahun lalu. “Untuk surat utang, durasinya pendek-pendek. Jadi saat suku bunga naik, kita masih bisa renew dengan yield lebih tinggi. Portofolio saham juga sudah kita tambah, walaupun tidak terlalu agresif,” jelasnya.

Lebih lanjut Tatang Nurhidayat mengatakan bahwa Tugu Insurance telah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk meminimalkan aneka dampak tersebit. “Kita coba manage, sehingga dampaknya mungkin tidak terlalu signifikan. Karena fundamentalnya bagus, maka kami optimistis dampaknya akan dapat kami kontrol,” ujarnya.

Menurut dia, saat ini premi Tugu Insurance masih tetap tumbuh positif, karena didukung oleh kecenderungan pasar yang kini lebih memilih perusahaan asuransi dengan fundamental yang kuat, dibandingkan memilih harga yang murah. “Artinya, market yang tadinya price sensitive, sekarang mempertimbangkan fundamental. Kalau tadinya enggak ke Tugu karena mencari yang pricing lebih oke, sekarang geser ke company yang punya fundamental baik,” ucapnya.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pasar Asuransi Jepang Diramal Tembus US$470 Miliar di 2029, Ternyata Ini Pendorong Utamanya!
Next Post 3 Bulan Pertama 2025, PTPP Catatkan Kontrak Baru Rp6,28 Triliun

Member Login

or