Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA membagikan strategi pengembangan kecerdasan buatan (AI) yang bertanggung jawab di lingkungan internalnya. Hal ini dilakukan melalui pendekatan menyeluruh, mulai dari pengelolaan data hingga pengawasan model AI secara ketat.
EVP of Enterprise IT Architecture, Data Management & Service Quality Group BCA Lily Wongso menyampaikan pengembangan AI tidak bisa dilepaskan dari kualitas dan struktur data yang digunakan. Salah satu tantangan utamanya adalah memastikan data bebas dari bias.
|Baca juga: Buana Finance (BBLD) Kantongi Kredit Rp200 Miliar dari Bank KEB Hana
|Baca juga: Bank Mandiri: Akselerasi Ekonomi 2025 Butuh Penguatan Sinergi Fiskal dan Moneter
“Kadang membangun sistem AI itu tantangannya bukan di teknologinya, tapi di datanya. Kita harus memastikan datanya seimbang, tidak bias, dan cukup representatif. Kalau semua datanya jeruk, kita tidak bisa bedain lagi sama apel,” ujar Lily, dalam IBM Tech Innovation Experience di Jakarta, Selasa, 20 Mei 2025.
Ia menegaskan pentingnya penggunaan AI-ready data, yaitu data yang tidak hanya lengkap secara kuantitas, tetapi juga tervalidasi dan bisa diverifikasi. Untuk itu, BCA melakukan versioning data dan uji performa secara berkala.
“Versioning data itu penting. Supaya kita tahu model ini dilatih pakai data versi mana. Kita harus bisa melacak data itu mengalir dari mana ke mana, sesuai UU Perlindungan Data Pribadi,” jelasnya.
Lily mengungkapkan saat ini BCA mengadopsi sistem observabilitas dan feedback berkelanjutan dalam menjalankan AI. Namun demikian, konsep human in the loop tetap dipertahankan untuk memastikan keputusan AI tetap diawasi manusia.
|Baca juga: OJK: Asosiasi Asuransi Tengah Menyusun Proposal untuk Dukung Program Makan Bergizi Gratis
|Baca juga: IFG Life Gandeng Bank Mandiri Taspen Pasarkan Asuransi Jiwa Kredit
Dalam mendukung pengembangan AI oleh tim bisnis internal, BCA menerapkan sandbox approach yang telah distandarisasi. “Sandbox ini memudahkan tim bisnis untuk bangun model machine learning sendiri. Mereka tahu fiturnya, parameternya, dan tujuannya,” ungkapnya.
BCA juga menguatkan keamanan data dengan teknologi proteksi sesuai kebutuhan spesifik, baik saat data dalam kondisi aktif, diam, maupun sedang digunakan. Lily mengatakan semua pengembangan AI tetap berada di bawah sistem tata kelola yang ketat.
Selain itu, AI juga mereka manfaatkan untuk mendeteksi potensi penipuan seperti pengambilalihan akun, transaksi yang tidak biasa, hingga pemalsuan biometrik. Ia menjelaskan pemantauan dilakukan secara real-time untuk memastikan teknologi AI yang digunakan tidak disalahgunakan.
BCA juga mulai mengintegrasikan AI dalam campaign digital dan analisis media sosial. Beberapa proses seperti risk profiling tetap dikombinasikan dengan sentuhan manusia melalui Relationship Manager (RM).
|Baca juga: IPOT Bond Resmi Meluncur, Era Baru Investasi Obligasi di Indonesia
|Baca juga: Vale Indonesia (INCO) Tebar Dividen 60% dari Laba 2024, Setara Rp569 Miliar
“AI itu powerful, tapi tetap harus bertanggung jawab. Teknologi hanya alat, yang penting adalah bagaimana kita membangunnya dengan prinsip dan tata kelola yang benar,” pungkas Lily.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News