Media Asuransi, JAKARTA – Institute for Development of Economics & Finance (Indef) menyoroti Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026 dari pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah diminta memacu pertumbuhan ekonomi lebih maksimal guna menekan berbagai macam persoalan yang muncul.
Direktur Pengembangan Big Data Indef Eko Listiyanto menyampaikan apabila KEM PPKF dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia maka bisa dikatakan posisinya masih jauh dari target utamanya di angka lima persen. Pencapaian ini akan semakin berat jika tidak memiliki strategi jitu untuk mengakselerasi perekonomian.
|Baca juga: Mengintip Dampak PSAK 117 terhadap Kinerja Keuangan Emiten Asuransi
|Baca juga: Kembali Gelar Wisuda, APARI Dorong Peran Pialang Sebagai Trusted Risk Advisor
“Sehingga saya sampaikan di sini bahwa dengan target 5,2 persen sampai 5,8 persen di tahun depan di KEM PPKF itu sebetulnya juga kita lihat tidak mudah,” jelasnya, dalam Diskusi Publik Indef – KEM PPKF 2026: Efisiensi Berlanjut, Mimpi 8% Makin Surut? di Jakarta, Rabu, 28 Mei 2025.
Menurutnya harus ada upaya ekstra untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan. Apabila targetnya sama dengan tahun ini, lanjutnya, artinya belum ada akselerasi. Terlepas dari itu semua, Indonesia memang memerlukan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi untuk bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang menghadang.
“Kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran sehingga perlu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari 5,2 persen,” ucapnya.
Dirinya berharap pemerintah berani memasang target pertumbuhan ekonomi 5,8 persen di atas batas. “Jangan batas bawah kira-kira begitu. Walaupun memang kondisinya saat ini kita harus akui bahwa mencapai 5,2 persen itu saja sulit,” tukasnya.
Akan tetapi, masih kata Eko, jika formulasi kebijakannya tepat maka potensi pertumbuhan ekonomi bisa di atas lima persen. Apalagi pemerintah terbilang berani menargetkan dalam jangka menengah pertumbuhan ekonomi bisa menembus delapan persen.
|Baca juga: Perkuat Strategi Engagement Berkelanjutan, Jumlah Nasabah BTN Prospera Melonjak 170%
|Baca juga: Gelar RUPST 2024, Semen Baturaja (SMBR) Bagikan Dividen Rp25,85 Miliar
Sekarang ini kondisinya adalah bagaimana bisa mengoptimalkan kebijakan dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan ekonomi menjadi terealisasi. “Memang tugas pemerintah di situ. Nah titik kritisnya adalah sayangnya walaupun kita punya target 5,2 persen tapi kenyataannya memang pertumbuhan ekonomi kita di triwulan pertama itu hanya 4,87 persen,” ucapnya.
“Itu yang saya bilang tadi, kita menjauh dari target lima persen sehingga kalau efektif kebijakannya bisa untuk mengoptimalkan perekonomian di atas lima persen. Salah satu yang mungkin menjadi titik evaluatif di dalam KEM PPKF 2026 menurut saya adalah efisiensi yang berlebihan yang dilakukan sejak awal tahun ini,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News