Media Asuransi, JAKARTA – Tidak banyak perusahaan asuransi yang mampu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan bisnis yang cepat dengan tingkat kesehatan yang baik. Di tengah dinamika industri asuransi dalam beberapa tahun terakhir, PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau Tugu Insurance justru memiliki kinerja stabil.
Perusahaan yang lahir dari lingkungan bisnis energi ini mulai dikenal bukan hanya karena afiliasinya dengan Grup Pertamina, tetapi juga karena konsistensinya membangun fondasi yang kokoh, sehat dan transparan. Sejak 2016, secara berturut-turut TUGU berhasil mempertahankan global rating A- dari AM BEST.
|Baca juga: Samuel Lie Mengundurkan Diri dari Komisaris Tugu Insurance (TUGU)
Hal ini tercermin dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan konsolidasi periode 2020-2024 sebesar 12,4 persen. Pada akhir 2024, pendapatan TUGU konsolidasi mencapai Rp3,93 triliun, tumbuh 9,5 persen year on year (yoy).
Sebagai bagian dari ekosistem Grup Pertamina, TUGU memiliki captive market minyak dan gas sebagai pendukung pendapatan. Namun pertumbuhan pendapatan juga didukung oleh ekspansi ke market non BUMN serta ekspansi bisnis ritel. Hal ini yang sulit dimiliki oleh asuransi umum termasuk asuransi BUMN lainnya.
Dengan tingkat efisiensi yang terjaga, pertumbuhan laba TUGU mampu melampaui pertumbuhan pendapatan. Dalam lima tahun, pertumbuhan laba bersih rata-rata per tahun mencapai 27,5 persen.
|Baca juga: Adi Pramana Jadi Presdir Tugu Insurance
TUGU juga memiliki total aset konsolidasi lebih dari Rp26,35 triliun per akhir 2024, terbesar di antara BUMN asuransi maupun anak usaha BUMN lainnya di segmen asuransi umum. Kapasitas ini membuka ruang bagi perusahaan untuk lebih fleksibel dalam berinvestasi, meningkatkan layanan, serta memenuhi komitmen jangka panjang kepada nasabah.
Analis NH Korindo Sekuritas, Leonardo Lijuwardi, menilai TUGU merupakan contoh menarik dari perusahaan asuransi yang dapat tumbuh tanpa terlalu bergantung pada tekanan pasar ritel, namun tetap menjaga akuntabilitas tinggi sebagai emiten publik.
“Selain memiliki captive market dari Grup Pertamina, struktur keuangan TUGU juga termasuk yang paling sehat di antara perusahaan asuransi umum termasuk BUMN asuransi lainnya. Ini memberi mereka ruang untuk ekspansi yang lebih hati-hati namun terarah,” ujar Leonardo dalam keterangan resmi Tugu Insurance, Selasa, 1 Juli 2025.
|Baca juga: Saham Tugu Insurance Rebound 9% dalam 4 Hari
TUGU juga memiliki ekuitas yang jauh lebih kuat dibandingkan para pesaingnya. Per akhir 2024 posisi ekuitas konsolidasi TUGU menembus angka Rp10,5 triliun, meningkat signifikan dibandingkan posisi di tahun 2020 yang tercatat Rp8,46 triliun. Rasio solvabilitas (RBC) TUGU pada tahun 2024 mencapai 432 persen, jauh di atas rata-rata industri yang sebesar 326 persen dan di atas batas minimum yakni 120 persen yang ditetapkan oleh OJK.
“Tingkat RBC TUGU yang tinggi memberi keyakinan bahwa perusahaan ini sangat likuid dan solvabel serta mampu memenuhi kewajibannya terhadap nasabah kapan pun diperlukan. Ini memberikan rasa aman tidak hanya bagi investor, tetapi juga bagi para pemegang polis. Sementara beberapa BUMN asuransi menghadapi tantangan struktural, TUGU justru menunjukkan ketahanan dan konsistensi,” ujar Leo.
Dia menambahkan bahwa ekuitas yang besar ini mencerminkan kemampuan Tugu Insurance untuk menyerap risiko besar dan tetap menjaga stabilitas neraca, sesuatu yang jarang dimiliki oleh perusahaan asuransi umum lain, terutama di segmen BUMN. Kekuatan modal ini menjadi pondasi penting dalam menjaga ketahanan perusahaan menghadapi risiko yang terus berkembang.
Menurut Leo, dari perspektif pasar modal, TUGU adalah salah satu contoh emiten asuransi yang sehat secara fundamental dan menarik dari sisi governance. “Dengan struktur keuangan yang kuat dan eksposur pasar yang jelas, TUGU berada dalam posisi yang relatif lebih unggul dibandingkan sejumlah BUMN asuransi lain yang belum melalui proses pembenahan secara menyeluruh,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News