Media Asuransi – Produsen rokok PT Gudang Garam Tbk memutuskan untuk tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2019 atau di luar kebiasaan yang dalam beberapa tahun terakhir membagikan dividen lebih dari Rp5 triliun kepada pemegang saham. Bagaimana dampak keputusan tersebut bagi neraca emiten berkode saham GGRM tersebut?
Melalui riset KS Company Update, Senior Manager Research Analyst PT Kresna Securities Robertus Yanuar Hardy mengatakan, margin laba yang lebih tipis menekan laba GGRM 22 persen yoy pada kuartal III/2020, meskipun pendapatan lebih tinggi 2 persen yoy.
BEDAH SAHAM: Keuntungan Emas Selamatkan Kinerja UNTR
“Pendapatan GGRM kuartal III/2020 naik 12,6 persen qoq menjadi Rp29,72 triliun, dari Rp26,39 triliun di kuartal II/2020, didorong oleh penjualan rokok yang lebih tinggi, menyusul pelonggaran PSBB di Jakarta dan beberapa daerah lain di Jawa,” jelasnya seperti dikutip Media Asuransi, Senin, 2 November 2020.
Pada periode tersebut, penjualan Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang berkontribusi 91-92 persen terhadap total pendapatan konsolidasian perseroan tumbuh 13,5 persen qoq, sedangkan penjualan sigaret kretek tangan (SKT) naik 4,7 persen qoq.
“Namun, karena penurunan yang signifikan pada penjualan kuartal II/2020, akumulasi pendapatan 9 bulan 2020 hanya berhasil tumbuh sedikit, sebesar 2 persen yoy, menjadi Rp83,37 triliun, dari Rp81,72 triliun pada 9 bulan 2019. Margin laba mengalami peningkatan secara qoq, tetapi masih lebih rendah secara yoy, karena penurunan tajam di kuartal kedua”.
Sementara itu, laba bersih GGRM kuartal III/2020 melonjak 32,9 persen qoq, menjadi Rp1,83 triliun dari Rp1,37 triliun di kuartal II/2020. Namun, pencapaian laba bersih 9 bulan 2020 sebesar Rp5,65 triliun masih 22 persen yoy lebih rendah dari Rp7,24 triliun yang tercatat di 9 bulan 2019. “Pencapaian pendapatan dan laba bersih 9 bulan 2020 ini masing-masing menyiratkan 75 persen dan 71 persen rasio berjalan dari estimasi sepanjang 2020 kami sebelumnya,” jelas Robertus.
Rekomendasi
Melihat pencapaian tersebut, dia merekomendasikan untuk mempertahankan BUY dengan target harga Rp50.575 atau valuasi menarik hanya 1,2x nilai buku.
Sebelumnya, GGRM memutuskan untuk tidak membagikan dividen apa pun untuk tahun buku 2019, padahal dalam beberapa tahun terakhir, Perseroan secara rutin membagikan dividen lebih dari Rp5 triliun kepada pemegang sahamnya. Alih-alih, tahun ini mereka memutuskan untuk mengalokasikan uang tunai untuk secara signifikan memangkas pinjaman bank jangka pendeknya, dari Rp17,22 triliun pada Desesember 2019, menjadi hanya Rp1 triliun pada September 2020.
“Itu adalah selisih Rp16,22 triliun, yang menghasilkan potensi penghematan lebih dari Rp500 miliar dalam pembayaran bunga tahunan. Kami menilai langkah ini sebagai upaya untuk menjaga profitabilitas perseroan, terutama dalam mengantisipasi kemungkinan kenaikan cukai yang signifikan tahun depan,” terang Robertus.
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan angka-angka neraca yang lebih kuat, ditandai dengan leverage yang lebih rendah secara signifikan, dan potensi profitabilitas yang stabil cenderung membaik, Robertus mempertahankan peringkat BUY pada GGRM pada target harga Rp50.575 (potensi kenaikan 23 persen). GGRM saat ini diperdagangkan pada valuasi yang menarik hanya 1,3/1,2x dari rasio PBV 20F/21F, dibandingkan dengan HMSP, yang sekarang diperdagangkan pada 5-6x rasio PBV-nya.
“TP terbaru kami lebih rendah dari sebelumnya Rp57.800, sebagai hasil dari penilaian ulang pada kelipatan valuasi kami, dari sebelumnya 2.1/2.0x terhadap rasio 20F/21F PBV Perseroan”.
Adapun risiko-risiko investasi yang patut diperhatikan oleh investor, antara lain pertumbuhan penjualan SKM yang lebih rendah dari 5–5,5 persen yoy pada Desember 2020 dan marjin laba bersih yang lebih tipis dari 6,5-7 persen pada Desember 2020. ACA
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News