Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 berfungsi optimal yakni sebagai peredam krisis atau shock absorber di tengah gejolak ekonomi dan geopolitik global yang memuncak sepanjang tahun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan meski Indonesia sempat menghadapi tekanan berat pada paruh pertama 2024 namun stabilitas ekonomi berhasil dijaga hingga akhir tahun.
|Baca juga: Berikut Market Leaders Asuransi Jiwa 2025
“APBN kita menjadi instrumen utama untuk melindungi masyarakat dan menopang daya beli saat harga pangan melonjak dan pasar keuangan terguncang,” ujar Sri Mulyani, dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis, 17 Juli 2025.
Menurutnya awal 2024 diwarnai ketegangan geopolitik seperti konflik di Ukraina, Timur Tengah, dan rivalitas Amerika Serikat, China, serta Rusia. Ditambah lagi, dengan efek lanjutan El Nino, kondisi ini semakin mengerek harga minyak mentah dunia hingga US$91,2 per barel sekaligus menyebabkan inflasi pangan menembus 10,3 persen pada Maret 2024.
Sementara itu, di sisi situasi global tersebut turut memukul ekonomi nasional. Tercatat, nilai tukar rupiah sempat terdepresiasi ke Rp16.486 per dolar AS, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok ke titik terendah 6.726,9. Selain itu, penerimaan negara juga terkontraksi 6,2 persen secara tahunan pada semester I/2024.
Namun di tengah tekanan itu, belanja negara justru tumbuh 11,3 persen. Dalam hal ini, pemerintah menggelontorkan dana untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), bantuan mitigasi risiko pangan, serta stimulus ekonomi. Strategi ini dianggap berhasil menjaga daya beli dan menopang aktivitas ekonomi masyarakat.
|Baca juga: Tugu Insurance Resmi Angkat Fadlil Iswahyudi dan Fitri Azwar sebagai Direksi Baru
|Baca juga: Ketua DAI Ajak Industri Asuransi Bangun Persepsi Positif kepada Masyarakat
“Kita patut bersyukur karena pada akhir 2024, perekonomian Indonesia pulih dan tumbuh positif. Pemilu yang damai dan transisi pemerintahan yang mulus turut memberi kepercayaan pasar,” kata Sri Mulyani.
Berdasarkan data yang diperoleh, pertumbuhan ekonomi nasional 2024 tercatat 5,03 persen, didorong konsumsi rumah tangga sebesar 4,94 persen dan investasi (PMTB) sebesar 4,61 persen.
Sehingga, inflasi berhasil ditekan hingga 1,6 persen, jauh di bawah target APBN 2,8 persen. Sementara defisit APBN yang sempat diproyeksikan melebar ke 2,70 persen dari PDB, akhirnya ditutup hanya 2,30 persen.
Dampak kebijakan fiskal juga terlihat pada penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran. Persentase kemiskinan ekstrem turun menjadi 0,83 persen, sementara tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun ke 4,91 persen pada Agustus 2024.
“Kebijakan kita saling melengkapi dan adaptif terhadap dinamika yang sangat cepat. Ini jadi bukti APBN bukan hanya alat anggaran, tapi instrumen perlindungan sosial yang nyata,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News