1
1

Shadiq Akasya: Literasi Asuransi Masih Rendah Menjadi Tantangan

Shadiq Akasya memiliki pengalaman berkecimpung di industri keuangan dan perbankan hampir selama 30 tahun. Pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, Maret 1968 ini, sekarang mendapat amanah untuk memimpin sebuah perusahaan asuransi jiwa yakni PT BNI Life Insurance sebagai presiden direktur sejak tahun 2018.

Pria yang akrab di sapa Shadiq ini sebelum berkiprah di asuransi, memulai karier di perbankan bergabung di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sejak 1992. “Saya memulai sebagai ODP BNI, kemudian mendapatkan promosi sejak 2002 sampai dengan 2010 dalam posisi jabatan pimpinan yang berbeda level. Jadi, pernah menjadi pimpinan wilayah dua kali dan GM Hubungan Kelembagaan BNI,” tuturnya.

Sebagai seorang eksekutif di industri keuangan yang sudah panjang pengalamannya, Shadiq melihat industri asuransi di Indonesia ini potensi dalam pengembangan bisnisnya masih sangat besar. Namun literisasi dalam edukasi yang masih rendah untuk kepentingan atas proteksi menjadi tantangan tersendiri, pengetahuan perencanaan yang masih rendah, perlu mendapatkan perhatian masyarakat sejak muda dan masih produktif. “Sehingga dalam periode yang ditentukan, telah mendapatkan suatu kepastian akan benefit yang diperlukan,” papar lulusan S2 Agribisnis IPB, Bogor ini.

Menurut Shadiq, untuk saat ini masyarakat merasa lebih rentan terhadap isu kesehatan di tengah pandemi dan semakin sadar akan pentingnya memiliki proteksi jiwa dan kesehatan. Ini merupakan peluang bagi industri asuransi jiwa dengan menghadirkan manfaat dan layanan sesuai kebutuhan nasabah.

“Sementara itu seiring dengan perkembangan teknologi, saya ingin mengembangkan modernisasi proses bisnis asuransi secara digital, pengelolaan data management, penggunaan robotic dan pemanfaatan artificial intelligence. Perkembangan bisnis perusahaan yang berkelanjutan dan edukasi terhadap pemahaman manfaat asuransi diperlukan ekstra usaha untuk memberikan pemahaman yang benar akan manfaat proteksi tersebut,” katanya.

Untuk itu, lanjut Shadiq, perlu ada kolaborasi antara pemerintah, regulasi, asosiasi, dan pelaku industri asuransi untuk meningkatkan literasi dan kesadaran akan proteksi diri dan keluarganya dengan melakukan perencanaan yang baik.

Shadiq memiliki motto hidup seperti mantan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy. “Bahwa usaha dan keberanian tidak cukup tanpa tujuan dan arah perencanaan”.

Di tengah kesibukannya sebagai pimpinan perusahaan asuransi jiwa multinasional, bapak dua anak dan suami dari Arina Chandra ini tetap menyempatkan waktu untuk menyalurkan kegemarannya terutama di tengah pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini. Di rumah biasanya menonton film dan berita atau olah vokal, sekali waktu golf, dan bersepeda.

Dia juga penikmat musik pop, jazz, dan rock. “Apa saja jenis musiknya yang enak didengar tergantung situasi,” lanjutnya. Shadiq juga memiliki kegemaran membaca dan ada beberapa buku yang menjadi inspirasi dalam kehidupan ataupun kariernya, seperti: Purple Cow – Seth Godin, That Will Never Work – Marc Randolph, Magic thinking big – David Schwartz, Born to win – Zig Ziglar, Tiba Duluan di Masa Depan – Alex Denni, 7 habits – Zig Ziglar hingga Steve Jobs – Walter Isaacson dan masih ada beberapa buku lainnya. Wahyu Widiastuti

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Kukuh Prihadi: Optimistis Hadapi Tahun 2022 Meski Masih Ada Dampak Pandemi
Next Post Wayan Pariama: Beda PA Stand Alone dan Jaminan Tambahan di Asuransi Mobil

Member Login

or