ASEAN Insurance Council (AIC) bekerjasama dengan Dewan Asuransi Indonesia (DAI) dan Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi (STMA) Trisakti, Jakarta, menggelar acara Focus Group Discussion (FGD) tentang Sistem Pendidikan Asuransi ASEAN dengan relevansinya terhadap Kerangka Referensi Kualifikasi Pendidikan ASEAN pada 22 Juli 2019 di Jakarta.
Acara ini bertujuan untuk menemukan acuan dan landasan bersama dalam mengembangkan tenaga kerja terampil di kawasan ASEAN pada umumnya, dan di Indonesia pada khususnya. Serta membekali tenaga kerja dengan ketrampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk pekerjaan saat ini dan masa mendatang, yang merupakan perhatian strategis dalam pertumbuhan nasional dan pandangan pembangunan semua negara anggota ASEAN.
FGD ini dibagi dalam tiga sesi, dan sebelumnya dibuka oleh Ketua Umum DAI Dadang Sukresna dan dilanjutkan sambutan dari Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2A OJK Ahmad Nasrullah dan dari Sekretaris Jenderal AIC Evelina F. Pietruschka.
Pada sesi pertama hadir sebagai nara sumber Ketua Komite ASEAN Qualifications Reference Framework (AQRF) yang memaparkan tentang Kerangka Referensi Kualifikasi ASEAN, peranan dan tujuannya dalam membentuk sistem pendidikan, khususnya ketika mempersiapkan talenta yang kompetitif secara regional dan global untuk memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis dalam ekonomi digital.
Hasil pemaparan tersebut kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan apa saja yang telah dilakukan oleh para institusi pendidikan asuransi di ASEAN dalam mendukung AQRF tersebut dan apa yang akan dilakukan di negara mereka masing-masing, dalam sesi kedua.
Dalam sesi kedua ini delegasi anggota ASEAN Insurance Education Committee (AIEC) yang menjadi panelis terdiri dari perwakilan Indonesia, Ariyanti Suliyanto sebagai Komisi Pendidikan Bagian Luar Negeri DAI dan Ketua STMA Trisakti. Perwakilan Malaysia, Shalini Pavithran yang juga CEO of Malaysian Insurance Institute (MII). Perwakilan Filipina, Michael F Rellosa yang menjabat sebagai Ketua AIEC dan Direktur Eksekutif dari Philippines Insurers and Reinsurers Association (PIRA). Singapura diwakili oleh Chief Executive Singapore College of Insurance (SCI) Karine dan Perwakilan Thailand adalah Ketua dari Thailand Insurance Institute (TII) Tadthep Sjitjorn. Sesi ini dimoderatori oleh Megawati Santoso.
Pada sesi ketiga pembicaranya adalah Deputi Direktur Pengawasan Asuransi OJK Kristianto Andi, Advisor AIC Teddy Hailamsah, Ketua STIMRA Hotbonar Sinaga, Ketua Departemen Pengembangan Profesi dan Kompetensi Asuransi AAJI Prihantoro, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia dan Literasi Asuransi AAUI Nastiti Evia Lutfi, dan dimoderatori oleh Abitani Taim.
Sesi ini khusus membahas bagaimana mendorong perkembangan AQRF dalam kaitannya dengan menyiapkan talent untuk industri asuransi ini di Indonesia dari pandangan regulator, asosiasi, dan pendidikan asuransi.
Sekretaris Jenderal AIC Evelina F Pietruschka mengatakan bahwa saat ini revolusi digital telah memperkenalkan era baru, era yang cepat, terbuka, dan transparan yang menimbulkan sejumlah tantangan baru. Revolusi digital membawa dampak pada banyak industri, yang mau tidak mau ditransformasikan untuk menghadapi tantangan atau tuntutan oleh para pelanggan. Semakin jelas, bahwa percepatan perubahan teknologi adalah kekuatan paling kreatif dan paling merusak dalam ekosistem industri saat ini. Dunia kerja tidak kebal dari perubahan ini dan manajemen sumber daya manusia menghadapi banyak dilema atas perubahan ini.
Evelina menambahkan, adalah tanggung jawab kita sebagai pemimpin, bersama-sama, agar dapat memainkan peran yang lebih penting dalam meningkatkan standar pendidikan dan profesionalisme dalam industri untuk disejajarkan dan setara dengan industri lain, serta memberdayakan talenta digital dan memperlengkapi mereka dengan hal-hal yang penting. Keterampilan dan kualitas untuk lebih memperkaya kompetensi mereka untuk secara efektif menjawab tantangan dari Revolusi Industri digital 4.0.
Kompetensi, lanjut Evelina bukanlah suatu pilihan, terutama dalam perkembangan regional dan global yang selalu berubah. ASEAN perlu gesit dalam menanggapi peluang dan tantangan yang disebabkan megatren global dan 4.0 IR. “Sangat penting bagi ASEAN untuk memastikan bahwa proses integrasi bersifat inklusif dan partisipatif, di mana keuntungan efisiensi dan pertimbangan kesetaraan menjadi penting. Ke depan, ASEAN juga harus memperkuat peranannya dalam arsitektur ekonomi regional baru, sebagai pemain kunci dalam membentuk masa depan lebih baik bagi masyarakat ASEAN dan sekitarnya. Saya sangat yakin sektor asuransi ASEAN akan memainkan peran penting dalam pengembangan komunitas ASEAN,” ungkapnya. B. Firman
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News