Media Asuransi, JAKARTA – General Manager Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Ronny Ahmad Iskandar mengungkapkan terdapat faktor pendorong dan penghambat asuransi syariah di masa mendatang. Meski demikian, industri asuransi syariah mampu tetap tumbuh hingga September 2024.
Ronny menyebutkan faktor pendorong atau penghambat asuransi syariah yakni mengoptimalkan halal value of chain guna meningkatkan pertumbuhan kontribusi asuransi syariah; dan berkolaborasi dengan berbagai pihak khususnya kerja sama melalui bank syariah dan pendayagunaan potensi dari sukuk.
|Baca juga: AAUI Ungkap Hambatan Asuransi Umum di 2025, Wajib Jadi Perhatian!
|Baca juga: Prudential Syariah Beberkan Tantangan dan Solusi Asuransi Syariah di 2025, Simak!
“Hal itu untuk memperluas jangkauan pasar guna asuransi umum syariah,” kata Ronny, dalam seminar Indonesia Economy & Financial Outlook 2025 bertajuk ‘Prospects of Economy, Capital Market, Banking, Multifinance, and Insurance Amid National Government Transition: Stronger Together‘, di Jakarta, Selasa, 19 November 2024.
Kemudian, tambahnya, produk dengan unique value proposition akan membuat asuransi jiwa syariah tumbuh dengan baik; regulasi untuk asuransi kesehatan; literasi asuransi syariah yang masif dan berkelanjutan; dan peningkatan kualitas SDM asuransi syariah.
|Baca juga: Bos DAI Pede Pertumbuhan Industri Perasuransian Tetap Menjanjikan di 2025
|Baca juga: AAJI Ungkap Kunci Sukses Industri Asuransi Jiwa Tumbuh Ciamik di 2025, Apa Saja?
Sedangkan isu asuransi syariah saat ini atau di 2024, Ronny menambahkan, yakni berkaitan dengan spin off dan pengalihan portofolio unit syariah yang harus selesai dilakukan pada 31 Desember 2026; permodalan yang harus dipenuhi pada 2028; dan klaim asuransi kesehatan baik di asuransi jiwa maupun umum.
“Lalu peluang dan tantangan asuransi kredit dan suretyship; dan PSAK 408 khususnya pencatatan akad kafallah atau penjaminan,” tuturnya.
Terlepas dari itu semua, Ronny menyebutkan, aset perusahaan asuransi syariah secara total tumbuh sembilan persen secara tahunan (YoY). Bahkan, kontribusi perusahaan asuransi syariah tumbuh tujuh persen secara YoY yang sebagian besar berasal dari asuransi jiwa syariah.
|Baca juga: OJK: Industri Asuransi Harus Tumbuh Bersama di 2025
|Baca juga: APPI Perkirakan Industri Perusahaan Pembiayaan Tumbuh 10% di 2025
“Klaim perusahaan asuransi syariah turun sebesar 62 persen YoY di mana penurunan terbesar terjadi di asuransi jiwa syariah dan total nilai investasi asuransi syariah mengalami perbaikan sebesar 7,3 persen secara YoY,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News