Media Asuransi, GLOBAL – Aktivitas merger dan akuisisi (M&A) di sektor asuransi global mengalami penurunan signifikan dengan volume kesepakatan mencapai titik terendah dalam 15 tahun. Pada paruh pertama 2024, hanya tercatat 103 kesepakatan yang berhasil diselesaikan.
“Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh inflasi dan penurunan suku bunga yang berlangsung sepanjang 2023,” ungkap laporan dari Clyde & Co, dikutip dari Insurance Asia, Selasa, 10 September 2024.
Di Asia Pasifik (APAC), meskipun terjadi penurunan sebesar 20,7 persen secara tahunan, namun wilayah ini tetap lebih tahan terhadap penurunan dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Eropa. Pada paruh pertama 2024, hanya 23 transaksi yang tercatat di APAC. Namun, beberapa transaksi lintas negara berskala besar berhasil, menentang tren global yang melemah.
|Baca juga: Begini Jurus Ampuh AXA Financial Indonesia Atasi Ledakan Biaya Kesehatan
|Baca juga: AXA Health Protector Resmi Meluncur untuk Nasabah Usia 15 Hari hingga 80 Tahun
Sektor asuransi kesehatan dan jiwa menjadi pendorong utama aktivitas M&A di Asia. Banyak perusahaan asuransi di kawasan ini berupaya memperluas distribusi, meningkatkan skala, dan memperkuat posisi mereka dalam rantai nilai asuransi.
Berbeda dengan tren global yang menunjukkan penurunan dalam M&A di pasar asuransi properti dan kecelakaan (P&C), APAC tetap menunjukkan aktivitas yang kuat. Selain itu, minat terhadap teknologi asuransi juga meningkat, sejalan dengan tren global, di mana perusahaan asuransi meninjau kembali strategi mereka untuk memperkuat posisi di pasar.
Salah satu transaksi besar di APAC adalah akuisisi Singapore Life oleh Sumitomo Life, yang menjadi transaksi internasional terbesar di kawasan ini pada 2024. Selain itu, perusahaan asuransi Jepang terus memperluas kehadiran mereka di wilayah Asia melalui berbagai akuisisi.
|Baca juga: Negosiasi Restrukturisasi Utang Bikin Widodo Makmur Perkasa (WMPP) Raih Opini WDP
|Baca juga: Industri Asuransi Indonesia Disebut Tengah Dilanda Awan Gelap, Apa Solusinya?
Secara global, penurunan aktivitas M&A juga dipengaruhi oleh tingginya harga yang diharapkan oleh para penjual serta biaya integrasi teknologi baru yang semakin meningkat. Banyak perusahaan asuransi memilih menahan modal mereka akibat suku bunga tinggi, yang memperlambat aktivitas M&A.
Meskipun mengalami awal tahun yang lambat, laporan dari Clyde & Co memperkirakan aktivitas M&A akan pulih di paruh kedua 2024 hingga 2025, dengan transaksi lintas negara yang mencakup beberapa wilayah menjadi pendorong utama kebangkitan ini.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News