1
1

Cognizant: Perusahaan Asuransi Kesulitan Mengukur Nilai Investasi Teknologi

Ilustrasi | Foto: Pexels

Media Asuransi, GLOBAL – Laporan terbaru dari Cognizant menyebutkan perusahaan asuransi menghadapi tantangan signifikan dalam mengukur nilai investasi teknologi mereka. Peningkatan pengeluaran dan kebutuhan untuk menyeimbangkan infrastruktur TI lama dengan teknologi baru semakin memperumit usaha dalam mengukur pengembalian investasi (ROI).

Mitra Klien dan Kepala Asuransi untuk Asia Tenggara dan China di Cognizant Srinivasan Somansundaram menjelaskan perusahaan asuransi selama ini menghabiskan lebih sedikit untuk investasi teknologi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di industri lain.

“Dengan kemajuan digital yang terus berkembang, mereka perlu memperkecil kesenjangan ini. Di satu sisi, mereka memiliki infrastruktur TI lama, sementara di sisi lain mereka harus mengejar ketertinggalan dalam hal teknologi digital,” katanya, dikutip dari laman Insurance Asia, Kamis, 12 September 2024.

|Baca juga: Skandal Gratifikasi IPO hingga OJK Turun Gunung

|Baca juga: Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia Jalin Kerja Sama dengan MNC Bank

Somansundaram menambahkan rata-rata pengeluaran di sektor asuransi meningkat lebih cepat dibandingkan dengan industri lainnya, terutama karena kepatuhan regulasi yang lebih tinggi dan biaya pengelolaan infrastruktur TI lama.

“Penting untuk memiliki mekanisme tata kelola yang tepat guna melacak dan mengelola biaya secara efektif ke depannya,” ucapnya.

Direktur Senior Konsultasi Asuransi untuk Asia Pasifik di Cognizant Jorrit Pranger menyoroti kesulitan yang dihadapi banyak organisasi dalam menentukan alokasi anggaran teknologi. “Organisasi perlu memahami pengeluaran sebenarnya. Sayangnya, visibilitas pengeluaran ini, baik di industri asuransi maupun di industri lainnya, malah menurun,” ungkap Pranger.

Penelitian terbaru menunjukkan penurunan visibilitas pengeluaran teknologi dari 72 persen menjadi 57 persen dalam dua tahun terakhir. Hal ini membuat pengambilan keputusan menjadi semakin sulit, karena perusahaan kesulitan menentukan arah investasi mereka dan apakah investasi tersebut memberikan hasil yang diinginkan.

|Baca juga: Profil Jeffry Haryadi Manullang yang Jadi Dirut Baru Asabri

|Baca juga: Ini Respons OJK atas Pembelian Saham BRI MI oleh Amundi

“Hanya 35 persen dari perusahaan yang merasa memiliki visibilitas yang memadai, sementara 65 persen merasa kesulitan untuk menjelaskannya,” pungkas Pranger.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Kisah Inspiratif Wanita Hebat AgenBRILink yang Perluas Akses Keuangan ke Seluruh Nusantara
Next Post Pemerintah India Jual 6,8% Saham di General Insurance Corporation

Member Login

or