Media Asuransi, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan perubahan pemegang saham Manajer Investasi (MI) merupakan aksi korporasi dari masing-masing pengendali atau pemegang saham perseroan. Hal ini secara peraturan perundangan dimungkinkan dan tata caranya telah diatur dalam peraturan, salah satunya adalah mengenai mekanisme perubahan pemegang saham dan penilaian kemampuan kepatutan di OJK.
|Baca juga: Siap Mendunia! Bank Mandiri Perluas Akses Livin’ di Turki
|Baca juga: Profil Jeffry Haryadi Manullang yang Jadi Dirut Baru Asabri
Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (KE PMDK) OJK, Inarno Djajadi, menanggapi rencana PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI yang akan melepas sebagian saham perseroan alias divestasi di PT BRI Manajemen Investasi kepada Amundi Asset Management (Amundi).
|Baca juga: Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Divestasi Sebagian Saham BRI MI kepada Amundi
Dalam keterbukaan informasi publik dikutip, Selasa, 3 September 2024, manajemen emiten berkode saham BBRI itu mengungkapkan bahwa pada 30 Agustus 2024, perseroan telah menandatangani Perjanjian Pengambilan Bagian Saham Bersyarat (Conditional Share Subscription Agreement) yang mengatur kewajiban dan hak perseroan terhadap Amundi Asset Management (Amundi) sehubungan dengan rencana kerja sama strategis jangka panjang terkait PT BRI Manajemen Investasi (BRI MI).
“Terkait dengan rencana pengambilalihan tersebut, tidak ada ketentuan yang melarang pembelian saham Manajer Investasi oleh pihak lain, termasuk yang terjadi di BRI MI,” kata Inarno dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu, 11 September 2024.
OJK terima keterbukaan informasi dari BRI
Dia tambahkan, OJK telah menerima Keterbukaan Informasi dari BRI selaku emiten atas rencana tersebut, namun detil dan pelaksanaan transaksi belum dilakukan. “Sampai dengan saat ini belum terdapat pengajuan rencana perubahan pemegang saham oleh BRI MI. Jika nanti BRI MI mengajukan rencana perubahan pemegang saham tersebut, OJK akan memastikan bahwa perubahan tersebut sesuai dengan ketentuan terkait perizinan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan sebagai Manajer Investasi,” jelas Inarno.
|Baca juga: Emtek Menambah Rencana Akuisisi Saham Cardig Aero Services Jadi 51%
OJk mengharapkan, perubahan kepemilikan suatu Manajer Investasi dapat meningkatkan kapasitas dari Manajer Investasi tersebut. Mulai dari aspek permodalan, tata kelola, basis investor, yang tentunya pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan industri pengelolaan investasi.
Sementara itu, mengenai prospek industri Manajer Investasi, aksi korporasi serupa sebetulnya menunjukan potential growth yang positif dari industri ini, sehingga menarik bagi pemodal untuk melakukan kegiatan atau ekspansi kegiatan manajemen investasi di Indonesia.
|Baca juga: Jumlah Asuransi Syariah Akan Berkurang 13
Hal ini tidak terlepas dari masih besarnya ruang tumbuh dari industri pengelolaan investasi, yang jika ditilik dari data posisi AUM/GDP Indonesia masih berkisar tiga persen. Kondisi ini tentu menjanjikan ruang tumbuh yang sangat luas bagi pasar modal di Indonesia.
|Baca juga: Panin Dai-ichi Life Resmikan Kantor Pemasaran Baru di Jakarta Barat
“Potential growth dari industri ini juga cukup positif, ditunjang sejumlah potential drivers seperti sinergi industri dana pensiun dan Manajer Investasi, perluasan cakupan investasi produk investasi khususnya reksa dana, karena hal tersebut ditunjang kerangka regulasi yang mendukung pelaksanaannya sebagai enabler,” pungkas Inarno Djajadi.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
