1
1

Orang China Lebih Terbuka dengan Premi Asuransi Berbasis Kecerdasan Buatan, Ini Alasannya!

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Industri asuransi pada 2025 diprediksi semakin dipengaruhi oleh kecerdasan buatan (AI). Kondisi itu dengan 43 persen konsumen global merasa nyaman menggunakan AI untuk menentukan premi mereka.

Melansir Insurance Asia, Jumat, 31 Januari 2025, laporan GlobalData mengungkapkan AI, faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), serta manajemen risiko siber akan menjadi faktor utama yang membentuk industri asuransi ke depan.

Perusahaan asuransi diperkirakan memanfaatkan solusi berbasis AI, memperluas cakupan asuransi siber pribadi, serta mengintegrasikan teknologi seperti kendaraan listrik (EV) dan Internet of Things (IoT) untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus berkembang.

|Baca juga: Media Asuransi Gelar Webinar POJK 20/2023

|Baca juga: Asuransi Kredit Disebut Tawarkan Cuan Menggiurkan, OJK: Asal Risiko Dikelola Lebih Baik!

Survei 2024 Emerging Trends Insurance Consumer dari GlobalData menunjukkan konsumen China memiliki tingkat penerimaan tertinggi terhadap premi berbasis AI, sedangkan Australia menjadi negara dengan penerimaan paling rendah. Selain menentukan premi, AI dinilai efektif dalam layanan pelanggan, mengurangi ketergantungan pada saluran komunikasi tradisional.

“ESG tetap menjadi prioritas, dengan 51,3 persen konsumen percaya bahwa perusahaan asuransi memiliki peran dalam mengatasi perubahan iklim, sementara 20,6 persen masih belum memiliki pendapat yang jelas,” kata laporan tersebut.

Namun, produk asuransi berbasis ESG masih terbatas dan lebih banyak berfokus pada target jangka panjang serta inisiatif individu. Asuransi siber juga menjadi perhatian utama, meskipun cakupan asuransi siber pribadi masih kurang berkembang dibandingkan dengan polis untuk perusahaan.

Survei menunjukkan 26,4 persen konsumen tertarik dengan perlindungan siber pribadi, dengan minat tertinggi berasal dari kelompok usia 18 hingga 24 tahun sebesar 36,7 persen. Tren peralihan ke kendaraan listrik semakin meningkat, dengan 31,6 persen pemilik kendaraan berbahan bakar konvensional berencana beralih dalam dua tahun ke depan.

|Baca juga: Manulife Investment Management Mengidentifikasi Peluang Penurunan Suku Bunga

|Baca juga: Mayoritas Warga Selandia Baru Tidak Siap Secara Finansial, Banyak Pensiunan Kehabisan Tabungan! 

Selain itu, 54,5 persen konsumen terbuka untuk membeli asuransi langsung dari produsen kendaraan, yang dapat menjadi tantangan sekaligus peluang kolaborasi bagi perusahaan asuransi tradisional.

Teknologi IoT juga semakin relevan dalam industri asuransi, terutama untuk asuransi kendaraan dan kesehatan. Survei menunjukkan 37,8 persen konsumen menggunakan pelacak aktivitas untuk memantau kesehatan harian mereka, membuka peluang bagi perusahaan asuransi untuk mengembangkan program berbasis hadiah yang dipersonalisasi.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Eratani Gencarkan Edukasi Teknologi untuk Tingkatkan Produktivitas dan Kesejahteraan Petani
Next Post MS Amlin Suntik Dana Rp144 miliar untuk Lindungi Asia-Pasifik dari Bencana

Member Login

or