1
1

Pasar Asuransi UKM Diramal Cerah, Diprediksi Tembus US$39 Miliar di 2032!

Ilustrasi | Foto: Pexels

Media Asuransi, GLOBAL – Pasar asuransi untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) diprediksi tumbuh pesat dalam beberapa tahun ke depan. Nilainya diperkirakan mencapai US$39,35 miliar pada 2032, naik dari US$22,8 miliar pada 2023, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) 6,25 persen.

Melansir Insurance Asia, Senin, 24 Maret 2025, Asia-Pasifik menjadi kawasan dengan pangsa pasar terbesar, didorong oleh kontribusi signifikan UKM terhadap ekonomi regional. Di sisi lain, meningkatnya ancaman siber di negara seperti India dan Singapura ikut mendorong permintaan asuransi siber, meski kesadaran di kalangan UKM masih rendah.

|Baca juga: Kapitalisasi Pasar BEI Turun Rp413 Triliun Selama Sepekan

|Baca juga: Menebak Arah Harga Bitcoin Pascapernyataan The Fed

Secara global, sekitar 80 persen UKM berpenghasilan tinggi belum memiliki perlindungan asuransi yang memadai. Bahkan, lebih dari 50 persen UKM tidak memiliki perlindungan terhadap tiga risiko utama yang mereka hadapi. Padahal kerugian akibat bencana alam secara global telah melampaui US$100 miliar selama empat tahun berturut-turut.

Sedangkan 2023 mencatat lonjakan premi asuransi yang signifikan, dengan kenaikan 20 persen pada kuartal pertama. Ini menjadi pertama kalinya dalam dua dekade terakhir sektor asuransi mencatat kenaikan harga rata-rata di atas 20 persen. Pada paruh kedua tahun itu, premi asuransi komersial naik rata-rata 18 persen.

Berbagai inisiatif pemerintah dan peningkatan kesadaran terhadap risiko bisnis turut mendorong pertumbuhan pasar asuransi UKM. Di Australia, misalnya, Ombudsman Usaha Kecil dan Keluarga telah melakukan studi tentang kesiapan bisnis kecil dalam menghadapi bencana pada 2022, yang mendorong permintaan perlindungan asuransi lebih baik.

 |Baca juga: Yuk Memahami Microaggression dan Bagaimana Cara Mengatasinya

|Baca juga: Waspada, Ini 5 Kebiasaan yang Bikin Keuangan Pekerja Milenial Berantakan!

Meski prospeknya cerah, namun pasar ini masih menghadapi tantangan, termasuk bencana alam, inflasi tinggi, dan ketidakstabilan nilai properti. Pada kuartal pertama 2023, badai es dan tornado menyumbang 68 persen dari total kerugian terkait iklim, menyebabkan kerusakan ekonomi hingga US$35 miliar.

Hal ini mendorong perusahaan asuransi menaikkan premi dan memperketat kebijakan, terutama di daerah rawan bencana.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Allianz Trade Proyeksikan Kebangkrutan Bisnis di APAC Meningkat 5% pada 2025
Next Post Waspada Penipuan Digital Jelang Idulfitri, Masyarakat Diminta Perkuat Keamanan Data Pribadi

Member Login

or