1
1

Perusahaan AS Rogoh Kocek Lebih Besar untuk Tingkatkan Keamanan Siber, Ada Apa?

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Analisis terbaru dari Information Services Group (ISG), sebuah firma riset dan penasihat teknologi global, menunjukkan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat (AS) semakin berinvestasi dalam layanan keamanan siber karena kebocoran data yang terus meningkat.

Dilansir dari Reinsurance News, Senin, 2 September 2024, laporan ISG Provider Lens Cybersecurity—Solutions and Services 2024 mengungkapkan industri yang paling terdampak adalah layanan kesehatan dan jasa keuangan.

“Pemerintah federal dan beberapa negara bagian merespons dengan undang-undang dan proposal yang memaksa perusahaan untuk memperkuat pertahanan mereka, membuat pekerjaan tim keamanan semakin kompleks,” menurut laporan tersebut.

Partner dan co-leader ISG Cybersecurity Doug Saylors menyatakan ancaman baru dan mekanisme serangan yang kuat telah mengungkap kelemahan infrastruktur penting di perusahaan-perusahaan AS. Chief Information Security Officers (CISO) dari perusahaan-perusahaan besar kini sedang mengevaluasi ulang strategi mereka, dengan fokus pada ketahanan bisnis.

|Baca juga: Investasi Digital di Indonesia Kian Jadi Primadona, Apa Penyebabnya?

|Baca juga: Asuransi Siber Wajib Jadi Alat Transfer Risiko saat Bisnis Digital Kian Kompleks

Seiring meningkatnya permintaan untuk keamanan siber di AS, organisasi-organisasi mulai menyederhanakan teknologi keamanan mereka untuk mengurangi biaya dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.

Perusahaan juga semakin banyak menggunakan teknologi AI untuk menganalisis data, memprioritaskan kerentanan, dan melindungi area yang diprediksi mengalami kerusakan paling parah. Teknologi-teknologi baru seperti komputasi kuantum dan manajemen identitas tanpa kata sandi juga semakin populer.

Laporan ISG juga menyebut semakin banyak perusahaan yang menerapkan arsitektur zero-trust untuk menggantikan keamanan berbasis perimeter tradisional. Ini bertujuan memperkecil potensi serangan dan meminimalkan dampak kebocoran data, tetapi membutuhkan investasi besar dalam pengendalian akses, manajemen identitas, dan verifikasi berkelanjutan.

|Baca juga: KPK Langsung Tahan 2 Tersangka Kasus Dugaan Korupsi di Jasindo

|Baca juga: KPK Tetapkan 2 Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Jasindo, Pengamat: Perlu untuk Sehatkan Industri Asuransi!

Perusahaan besar yang memiliki rantai pasokan kompleks menghadapi risiko yang semakin besar dari serangan terhadap vendor pihak ketiga yang terhubung dengan sistem TI mereka. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan tersebut kini lebih aktif dalam mengelola risiko di seluruh rantai pasokan.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post 1datapipe Ekspansi Garap Pasar Indonesia Dorong Inklusi Keuangan
Next Post Inflasi Agustus 2024 Sebesar 2,12%

Member Login

or