Media Asuransi, JAKARTA – Komisaris Utama Indonesia Financial Group (IFG) Fauzi Ichsan menyampaikan industri asuransi Indonesia saat ini tengah mengalami pertumbuhan premi yang terbatas, namun diiringi oleh fundamentalnya keuangan yang baik. Salah satu yang menyebabkan hal ini ialah melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat tahun ini, melambatnya ke 4,8 persen dan masih relatif tinggi, masih top three lah di G20 ya, tapi tetap saja melambat,” ujar Fauzi, dalam acara Insurance Forum 2025, dikutip Jumat, 18 Juli 2025.
|Baca juga: Berikut Peraih Market Leaders Asuransi Syariah 2025
|Baca juga: Industri Asuransi RI Disebut Lemah, Proyek-proyek Besar Akhirnya ‘Terbang’ ke Luar Negeri
Jika dilihat dari tiga bulan pertama, lanjut Fauzi, lambatnya pertumbuhan ekonomi bisa terpantau dari Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) dan suku bunga yang menurun. Sehingga pertumbuhan preminya terbatas, tetapi fundamental keuangannya cukup baik.
Fauzi mengungkapkan pada asuransi jiwa pertumbuhan premi bruto hanya sebesar 1,5 persen secara tahunan (yoy). Secara teori, seharusnya pertumbuhan premi bisa menembus tujuh persen, berasal dari nilai pertumbuhan ekonomi lima persen dan inflasi sebesar dua persen.
Penurunan ini, menurut Fauzi, utamanya dipicu oleh restriksi penjualan produk unitlink yang selama ini menjadi motor utama asuransi jiwa. Namun di sisi lain, penguatan terjadi pada lini asuransi employee benefit yang mencatatkan pertumbuhan premi hingga 65 persen.
“Jadi banyak korporasi yang melakukan repricing premi asuransinya, premi asuransi kesehatan kumpulan ya, karena kenaikan klaim. Jadi ini yang berkaitan dengan inflasi kesehatan. Ternyata korporasi cukup fleksibel untuk menaikkan preminya,” sebut Fauzi.
|Baca juga: Jasindo Raih Penghargaan Market Leaders Atas Kinerja Baik dan Transformasi Berkelanjutan
|Baca juga: Inilah 106 Perusahaan Perasuransian Peraih Market Leaders
Sementara di sektor asuransi umum, tambahnya, pertumbuhan dinilai stagnan dan tidak merata. Untuk asuransi properti, masih mengalami pertumbuhan, namun asuransi otomotif stagnan seiring turunnya penjualan kendaraan sebagai dampak dari perlambatan ekonomi.
Selain itu, Fauzi mengungkapkan, 2024 merupakan tahun koreksi besar-besaran bagi industri asuransi utamanya di sisi keuangan. Banyak perusahaan mencatat provisi tahun lalu, hal ini memang menyakitkan karena dinilai menggerus laba bahkan modal.
“Tapi ini adalah koreksi yang dibutuhkan,” tegas Fauzi.
Lebih lanjut, Dirinya menyatakan, meski banyak tantangan namun industri asuransi Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang cukup besar. Pasalnya, penetrasi asuransi di Tanah Air terbilang masih terbatas dan bisa dimaksimalkan di masa mendatang.
|Baca juga: Ini Peraih Market Leaders Asuransi Umum 2025
|Baca juga: Berikut Pemenang Market Leaders Asuransi Jiwa 2025
“Aset industri asuransi hanya sekitar lima persen dari PDB, jauh di bawah negara lain seperti Korea Selatan 73 persen atau China 24 persen. Namun berpeluang dari kredit perbankan yang mencapai 40 persen dari PDB. Jadi memang potensi itu sangat besar. Cuman memang dua tahun terakhir ini adalah era pembenahan, khususnya usai covid,” pungkas Fauzi.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News