Media Asuransi, GLOBAL – S&P mencatat meskipun kerugian signifikan akibat kebakaran hutan yang melanda Los Angeles (LA) dalam dua minggu pertama 2025 dapat dengan cepat menguras anggaran bencana perusahaan asuransi utama Amerika Serikat (AS), namun dampaknya akan dapat dikelola oleh perusahaan reasuransi global.
Hal itu tanpa dampak besar pada pendapatan. S&P dalam laporan baru mengatakan kebakaran hutan di LA County telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena kota tersebut bergulat dengan serangkaian kobaran api yang menyebar dengan cepat yang dipicu oleh kondisi kering dan hembusan angin Santa Ana yang kuat.
|Baca juga: Tugu Insurance Menyatakan Tak Miliki Hubungan dengan PT Tugu Insurance Brokers
|Baca juga: Obligasi Medco Energi (MEDC) Tahap III 2025 Mulai Dicatatkan di BEI
“Dengan berlangsungnya peristiwa tersebut, potensi kerugian ekonomi dan yang diasuransikan tetap tidak menentu dan banyak hal akan bergantung pada durasi dan intensitas penyebaran yang tidak terkendali,” kata S&P, dikutip dari Reinsurance News, Selasa, 14 Januari 2025.
Estimasi awal kerugian yang diasuransikan
Analis di JPMorgan baru-baru ini menggandakan estimasi awal kerugian yang diasuransikan untuk kebakaran hutan menjadi US$20 miliar atau lebih, menjadikannya peristiwa kerugian kebakaran hutan yang diasuransikan paling mahal dalam sejarah California.
Kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan juga meningkat, dengan peramal AccuWeather menempatkan estimasi awalnya antara US$135 miliar hingga US$150 miliar. Meski kerugian diperkirakan besar, namun diyakini banyak perusahaan asuransi yang diperingkat memiliki ketahanan modal untuk menyerapnya.
|Baca juga: Miris, Warga Los Angeles Kehilangan Asuransi dan Rumah Akibat Kebakaran!
|Baca juga: Saham Perusahaan Asuransi AS Ambruk Imbas Kebakaran di Los Angeles
S&P juga mengamati dampak kebakaran hutan akan dapat dikelola oleh perusahaan reasuransi global, tanpa dampak besar pada pendapatan. “Ini karena kami memperkirakan kerugian akan tetap berada dalam anggaran bencana alam mereka untuk kuartal pertama 2025,” pungkas S&P.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News