Media Asuransi, JAKARTA – SVP Strategy & Investment PT Pertamina (Persero) Henricus Herwin menyatakan pengembangan kapasitas gas bumi merupakan salah satu inisiatif strategis dalam mendukung bisnis rendah karbon. Selain itu, juga menjadi bagian dari strategi jangka panjang Pertamina demi mewujudkan ketahanan serta kemandirian energi nasional.
Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Direktorat Panas Bumi Kementerian ESDM Sahat Simangunsong menekankan Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang besar dan beragam untuk mendukung ketahanan energi.
|Baca juga: Adhi Karya (ADHI) dan Jaya Konstruksi (JKON) Disomasi Karena Telat Bayar Subkontraktor
|Baca juga: Penembakan CEO UnitedHealth Picu Saham Perusahaan Asuransi Besar Anjlok
Ia mengungkapkan beberapa terobosan yang dilakukan Kementerian ESDM seperti penerbitan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang harga patokan tertinggi listrik, serta pengembangan aplikasi Geothermal Energy Information System (GENESIS) untuk memberikan akses informasi terkait sumber daya panas bumi.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Julfi Hadi menyampaikan panas bumi memiliki peran strategis dalam mendukung transisi energi di Indonesia. PGE menargetkan penambahan kapasitas terpasang sebesar 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan dan 1,5 GW pada 2035. Namun, tantangan terbesar adalah menarik investasi.
“Kami berkomitmen untuk berkolaborasi, menurunkan biaya produksi, dan mendiversifikasi pendapatan guna meningkatkan daya tarik investasi,” ujarnya, dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat, 13 Desember 2024.
Ari Kuncoro dari Universitas Indonesia menyoroti pentingnya dukungan insentif fiskal dari pemerintah tanpa membebani keuangan negara. Ia menyarankan penggunaan instrumen seperti green bond untuk menarik investor yang peduli pada isu lingkungan.
|Baca juga: Bos PLN Yakin Swasembada Energi Jadi Pendukung Pertumbuhan Ekonomi Capai 8%
|Baca juga: Asuransi Umum Australia Diramal Tetap Cuan di 2025, Ini Alasannya!
Adhitya Nugraha dari Pertamina Energy Institute menambahkan Indonesia masuk dalam klaster demand surge, yang memiliki permintaan listrik tinggi dan peluang besar di energi terbarukan. Namun, investasi transisi energi dan harga listrik di Indonesia masih rendah, sehingga diperlukan perbaikan pada iklim investasi, regulasi, dan skema pendanaan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News