Media Asurans, JAKARTA – PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP), hasil kerja sama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK), mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang Sumsel-8 (PLTU Sumsel-8) berkapasitas 2×660 MW.
PLTU ini mengadopsi teknologi super critical yang mampu menekan emisi dan mengurangi penggunaan bahan bakar batu bara.
|Baca juga: Canara HSBC Life Luncurkan Dana Manufaktur India, Ini Tujuannya!
|Baca juga: Laba Astra Life Melonjak 1.549,39% per September 2024
Menurut Wakil Direktur Utama HBAP Dody Arsadian, teknologi super critical memungkinkan air dipanaskan pada suhu dan tekanan tinggi sehingga tidak ada perubahan fase yang jelas dari air menjadi uap, membuat proses pemanasan berlangsung secara terus-menerus.
“Teknologi ini lebih efisien dan ramah lingkungan dibandingkan dengan PLTU konvensional karena mampu menghasilkan lebih banyak energi dengan bahan bakar lebih sedikit,” ujarnya, dikutip dari keterangan resminya, Rabu, 13 November 2024.
Selain itu, PLTU Tanjung Lalang dilengkapi dengan Electrostatic Precipitator (ESP) untuk menangkap debu gas buang menggunakan prinsip elektrostatis, serta teknologi Flue Gas Desulphurization (FGD) yang menurunkan kandungan sulfur dioksida (SO₂) dalam emisi melalui reaksi kimia dengan kapur basah (CaCO₃).
|Baca juga: Ternyata Ini Alasan Utama Pemerintah Pede Ekonomi Indonesia Mampu Tembus 8%
|Baca juga: Bos AXA Sebut Industri Asuransi RI Wajib Investasi Besar-besaran di Teknologi, Apa Manfaatnya?
Abu sisa pembakaran batu bara, Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), juga tengah dikembangkan pemanfaatannya sebagai bahan baku semen, material bangunan, media tanam, dan material pencegah air asam tambang. Upaya ini mendukung ekonomi sirkular serta keberlanjutan dalam pembangunan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News