Media Asuransi, JAKARTA – Laporan terbaru dari Bank Dunia berjudul ‘Building SOE: Crisis Management and Resilience‘ mengungkapkan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selama pandemi covid-19 dan di era usai pandemi.
Laporan ini menekankan covid-19 memberikan tekanan hebat terhadap pemerintah, masyarakat, dan perusahaan, termasuk BUMN, yang menyebabkan gangguan siklus bisnis, penurunan pendapatan yang tajam, dan risiko usaha yang tak terhindarkan.
Dalam konteks ini, Bank Dunia menjelaskan langkah-langkah yang diambil oleh BUMN dalam memitigasi risiko bisnis dan manajemen, serta peran dan kepemilikan negara dalam perusahaan-perusahaan tersebut.
|Baca juga: 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik di 2024
|Baca juga: Berikut Pemenang Best Life Insurance 2024 di Ajang Insurance Award 2024
Dilansir dari keterangan resmi BUMN, Senin, 7 Oktober 2024, laporan ini menegaskan BUMN telah berkontribusi secara signifikan sebelum pandemi dan akan terus melakukannya di masa mendatang.
Secara global, BUMN sudah menjadi salah satu perusahaan multinasional terbesar dan paling cepat berkembang dalam dua dekade terakhir. Sebuah studi IMF mencatat dalam 10 tahun terakhir, kepentingan BUMN di antara perusahaan terbesar di dunia telah berlipat ganda, dengan aset mencapai US$45 triliun, setara dengan 50 persen dari total PDB global.
Selama pandemi, BUMN berperan penting dalam memenuhi kebutuhan persediaan medis. Ketika rantai pasokan terganggu dan larangan ekspor diberlakukan, pemerintah memanfaatkan BUMN untuk menyediakan produk dan layanan medis.
Di Indonesia, BUMN mengambil langkah strategis dengan membangun prototipe ventilator dan menyediakan berbagai kebutuhan medis yang mendesak, termasuk penyiapan rumah sakit.
|Baca juga: Media Sosial adalah Kunci bagi Peritel untuk Menarik Konsumen Gen Z dan Gen Alpha
|Baca juga: 5 Cara Ampuh Pertebal Dompet dengan Investasi di Reksa Dana, Mau?
Bank Dunia menyatakan BUMN telah menjadi pemain utama dalam situasi darurat untuk memenuhi kebutuhan dasar publik, merestrukturisasi utang, menyediakan layanan, dan menjaga keseimbangan bisnis. Namun, mereka juga menghadapi tantangan serius, seperti masalah keuangan, penurunan pendapatan, pembatasan karyawan, dan persoalan distribusi.
Pemerintah telah memperkenalkan berbagai langkah dukungan bagi BUMN, termasuk bantuan keuangan melalui pinjaman, suntikan ekuitas, dan subsidi, terutama di sektor penerbangan. Dalam upaya untuk memperbaiki kinerja BUMN, pemerintah diminta mengurangi distorsi pasar melalui peningkatan tata kelola, restrukturisasi, dan kolaborasi dengan sektor swasta.
Sementara itu, laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) berjudul ‘Unlocking the Economic and Social Value of Indonesia’s State-Owned Enterprises’ menyoroti peran signifikan BUMN dalam ekonomi Indonesia.
Sejak 2019, BUMN menyumbang lebih dari 56 persen PDB dan memberikan nilai ekonomi yang jelas melalui peningkatan aset, pendapatan, dan profitabilitas. Selain itu, nilai sosial BUMN tercermin dalam penyediaan barang publik melalui program-program sosial di berbagai bidang.
|Baca juga: 4 Manfaat Investasi di Bank, Lebih Cuan, Aman, dan Tenang!
|Baca juga: Orang Tua Wajib Hindari 7 Kesalahan Ini saat Merencanakan Dana Pendidikan Anak
Dengan kontribusi yang signifikan ini, BUMN diharapkan dapat terus beradaptasi dan berperan aktif dalam pembangunan ekonomi Indonesia di masa depan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News