1
1

BI Ramal The Fed Pertahankan Tingkat Suku Bunga Meski Trump Terus Menekan

Gedung Bank Indonesia. | Foto: BI

Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memperkirakan bank sentral Amerika Serikat yakni Federal Reserve belum akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Erwin Gunawan Hutapea mengatakan meskipun Presiden AS Donald Trump terus mendorong pemangkasan suku bunga, namun The Fed masih akan menahan diri karena kekhawatiran terhadap tekanan inflasi.

“Meskipun Presiden Trump kelihatannya terus mendorong agar Powell melakukan cutting, sepertinya di FOMC nanti malam belum,” ujar Erwin, dalam Taklimat Media di Jakarta, Rabu, 7 Mei 2025.

|Baca juga: PHK Kian Marak, BI Wanti-wanti Dampaknya ke Ekonomi dan Daya Beli RI

|Baca juga: BI Bakal Pangkas Outstanding SRBI, Apa Dampaknya untuk Ekonomi RI?

Ia menjelaskan The Fed kemungkinan mempertahankan Fed Fund Rate (FFR) di kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen. Hal tersebut karena inflasi di AS masih menjadi perhatian utama, meski indeks harga konsumen (CPI) pada Maret 2025 menunjukkan penurunan dari 2,8 persen menjadi 2,4 persen secara tahunan, dan CPI inti melambat dari 3,1 persen menjadi 2,8 persen.

Menurut laporan Deutsche Bank, tarif baru AS terhadap mitra dagang seperti China berpotensi memengaruhi 44 persen dari total impor, atau setara US$1,35 triliun. Kebijakan ini bisa meningkatkan inflasi hingga satu persen dan turut menjadi alasan bagi The Fed untuk tetap menahan suku bunga.

“Jadi kekhawatirannya terhadap pertumbuhan kelihatannya belum, mereka lebih khawatir terhadap inflasi,” ujar Erwin.

Ia menambahkan, pengalaman pada masa pandemi covid-19 menjadi pelajaran berharga bagi The Fed. Saat itu, The Fed dianggap terlambat menyesuaikan suku bunga dan terlalu cepat menurunkannya, sementara kondisi geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina memperburuk rantai pasok global sehingga inflasi melonjak tak terkendali.

Kendati belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, namun Erwin menyebut The Fed kemungkinan memberi sinyal atau petunjuk terkait ruang pelonggaran kebijakan moneter di masa mendatang. “Bacaan kami sepertinya akan belum, tapi mungkin mereka sudah akan kasih petunjuk,” katanya.

|Baca juga: Tingkatkan Literasi Investor, BEI Luncurkan Media Edukasi Waran Terstruktur

|Baca juga: Regulasi dan Standarisasi Jadi Kunci Atasi Karut Marut Sistem Klaim Asuransi Kesehatan

Lebih lanjut, Erwin menjelaskan, tekanan pada perekonomian AS mulai dari koreksi pertumbuhan hingga defisit perdagangan yang memang memberikan alasan bagi The Fed untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga. Bahkan, kondisi global yang penuh ketidakpastian membuat bank sentral tersebut memilih berhati-hati.

BI memproyeksikan perlambatan ekonomi global pada 2025. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia diturunkan dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen, sementara ekonomi AS dan China masing-masing diperkirakan hanya tumbuh 2 persen dan 4 persen.

Beberapa negara seperti Filipina dan China memang telah lebih dulu menurunkan suku bunga acuan, sehingga muncul pertanyaan apakah bank sentral di negara lain akan mengikuti langkah serupa. Namun, Erwin menilai, respons masing-masing bank sentral akan sangat tergantung pada dinamika ekonomi dan kebijakan domestik masing-masing negara.

Negosiasi tarif antara AS dan China, menurutnya, juga akan memengaruhi arah kebijakan global. Ketika kompromi mulai terlihat, negara-negara lain, termasuk Indonesia, akan bisa menghitung ulang dampak kebijakan tersebut terhadap perekonomiannya.

|Baca juga: Menkeu: Pemerintah Pastikan APBN Lindungi Masyarakat dan Dukung Pertumbuhan Berkelanjutan

|Baca juga: Ditanya BEI, Begini Penjelasan Manajemen PTPP tentang Volatilitas Transaksi

Meski demikian, BI tetap optimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia. Dengan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik, aliran modal asing diyakini akan tetap masuk. “Capital flight ke safe haven itu kan reaksi temporer. Begitu ada kepastian, mereka akan rekalkulasi portofolio,” tutup Erwin.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post DANA dan Ant Internasional Kolaborasi Berdayakan UMKM Perempuan
Next Post 18 Calon Wakil Ketua Dewan Komisioner LPS Lolos Seleksi Tahap I, Termasuk Dirut Jasindo

Member Login

or