1
1

Indef Nilai Target Depresiasi Kurs Rupiah di 2026 Terlalu Besar

Direktur Pengembangan Big Data Indef Eko Listiyanto. | Foto: Indef

Media Asuransi, JAKARTA – Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai nilai tukar rupiah yang dipatok Rp16.500 sampai Rp16.900 per US$ dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026 terbilang depresiasi yang terlalu besar.

“Kalau menurut saya angka di KEM-PPKF (untuk nilai tukar rupiah) Rp16.500 sampai Rp16.900 per US$ itu depresiasi yang terlalu besar,” ujarnya, dalam Diskusi Publik Indef – KEM PPKF 2026: Efisiensi Berlanjut, Mimpi 8% Makin Surut? di Jakarta, beberapa waktu lalu.

|Baca juga: Perkuat Strategi Engagement Berkelanjutan, Jumlah Nasabah BTN Prospera Melonjak 170%

|Baca juga: Gelar RUPST 2024, Semen Baturaja (SMBR) Bagikan Dividen Rp25,85 Miliar

Sedangkan di tahun ini, lanjutnya, nilai tukar rupiah yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bergerak di atas target, utamanya ketika Presiden AS Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif tinggi terhadap negara mitra dagangnya.

“Realisasinya sedikit di atas itu dan sempat bergejolak kemarin ketika awal-awal tarif Trump diumumkan. Sekarang posisi hari ini sekitar Rp16.300 per US$. Tetapi kemudian kalau kita pandang tahun depan itu Rp16.500 per US$ ke atas saya rasa justru memberikan pesimisme bagi pasar dan perekonomian,” jelasnya.

Dirinya menilai yang paling ideal terkait gerak nilai tukar rupiah ialah sama dengan APBN 2025 yakni di angka Rp16 ribu per US$. “Atau syukur kita berani pasang target di bawah Rp16 ribu per US$ sehingga ada penguatan di situ. Jadi kita berharap tidak terjadi depresiasi yang berlebihan terhadap mata uang rupiah,” kata Eko.

|Baca juga: Bank Mandiri (BMRI) Dukung Akselerasi Transaksi Digital di FJGS 2025

|Baca juga: Sun Life Indonesia Tunjuk Albertus Wiroyo sebagai Presiden Direktur

Menurutnya penetapan nilai tukar rupiah di 2026 bakal menjadi catatan untuk dibahas oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). “Ini nanti mungkin bisa menjadi catatan untuk dibahas di DPR. Misalkan di dalam pembahasan asumsi makro itu apakah memang Rp16.500 ini angka yang realistis, walaupun menurut saya ini tidak realistis,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Indef: Target Inflasi di 2026 Cukup Realistis
Next Post Indef Sebut Program Koperasi Merah Putih Minim Transparansi dan Perencanaan

Member Login

or