Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah kebangkitan pariwisata global pasca pandemi, arah kompas wisatawan dunia mulai bergeser. Tak lagi terpaku pada destinasi populer yang viral di media sosial, pelancong modern kini mengejar pengalaman yang lebih personal, otentik, dan berakar pada budaya lokal.
Di antara peta-peta baru yang mulai disoroti para pelancong berwawasan budaya, Asia Tengah muncul sebagai kejutan menyegarkan, karena menghadirkan kombinasi keindahan, sejarah, dan ketenangan dalam satu paket eksotis. Dikenal sebagai kawasan yang dihuni lima negara berakhiran ‘stan’ yakni Uzbekistan, Turkmenistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan di Asia Tengah adalah wilayah yang dahulu menjadi penghubung utama Jalur Sutra. Kawasan ini merupakan jalur perdagangan legendaris yang menghubungkan Timur dan Barat selama berabad-abad. Hari ini, kawasan ini mulai kembali bersinar sebagai destinasi impian yang memperkaya pengalaman.
|Baca juga: Golden Rama Tours & Travel Luncurkan program bertajuk 53JUTA (Sejuta) KEJUTAN.
General Manager of Communication & CRM Golden Rama Tours & Travel, Ricky Hilton, mengatakan bahwa ada dorongan kuat dari wisatawan untuk mencari destinasi yang tidak biasa, yang menawarkan pengalaman autentik namun tetap nyaman dan berkesan. “Asia Tengah adalah jawaban bagi mereka yang ingin mengunjungi tempat dengan kekayaan budaya, sejarah, dan alam yang masih murni,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Minggu, 1 Juni 2025.
Di Uzbekistan, kota-kota legendaris seperti Samarkand dan Bukhara menampilkan arsitektur Islam klasik dengan kubah biru. Ada madrasah berornamen mozaik, dan kompleks makam yang berdiri megah sejak masa kekhalifahan Persia, beberapa bahkan telah masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO.
Melangkah ke Kazakhstan, suasana modern kota Almaty berpadu dengan keindahan Gunung Kok Tobe, tempat di mana langit cerah dan pemandangan kota berpadu dalam satu bingkai dramatis.
Sedangkan di Kyrgyzstan, Burana Tower, menara abad ke-11 yang pernah menjadi tempat persinggahan pedagang Jalur Sutra, masih berdiri kokoh. Tak jauh, hamparan Danau Issyk-Kul, danau pegunungan terbesar kedua di dunia, menghadirkan ketenangan yang nyaris spiritual.
|Baca juga: Golden Rama Tours & Travel Hadirkan Pengalaman di Beragam Destinasi Melalui Golden Cruises
Tajikistan menawarkan lanskap yang hampir tak tersentuh, seperti Pegunungan Fann yang menjadi surga tersembunyi bagi pendaki dan pecinta alam. Tak jauh dari sana, reruntuhan Kota Kuno Penjikent menyimpan jejak peradaban kuno dan kisah pertukaran budaya yang tak ternilai.
Sementara itu, Turkmenistan menghadirkan lanskap yang benar-benar unik: Darwaza Gas Crater, kawah gas raksasa yang menyala abadi di tengah Gurun Karakum. Di sekitarnya, wisatawan bisa bermalam di dalam yurt, tenda khas suku nomaden yang menawarkan pengalaman menginap paling otentik.
Ricky menuturkan, menurut laporan UNWTO (2023), tren pariwisata global menunjukkan peningkatan ketertarikan terhadap destinasi yang tergolong under-discovered dan memiliki identitas budaya kuat. Sementara Skift Megatrends 2024 menegaskan bahwa pelancong masa kini mencari deep cultural connections, yakni perjalanan yang tidak hanya mengunjungi, tetapi juga memahami dan terlibat secara emosional.
“Pelanggan kami semakin terbuka dengan ide menjelajah tempat yang belum banyak dikunjungi. Mereka ingin cerita yang bisa dibagikan, bukan sekadar destinasi yang pernah ramai di media sosial dan dikunjungi banyak orang,” tambah Ricky.
Menurutnya, mengunjungi Asia Tengah adalah perjalanan menyusuri waktu, menyatu dengan tradisi, dan merasakan denyut sejarah yang dulu menghubungkan dua dunia. “Asia Tengah bukan hanya tujuan wisata, Ia adalah babak baru dalam pengalaman perjalanan yang dimulai dengan rasa penasaran, dijalani dengan kekaguman, dan diakhiri dengan kenangan mendalam,” tuturya.
Dia jelaskan, meski menawarkan pesona eksotis, akses menuju negara-negara ini memiliki tantangannya sendiri. Terutama soal pengurusan e-visa, yang hanya bisa dilakukan melalui agen perjalanan resmi. Di sinilah kurasi perjalanan berperan penting.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News