Media Asuransi, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan laporan bahwa nilai impor Indonesia Januari 2024 mencapai US$18,51 miliar. Nilainya turun 3,13 persen secara bulanan (month to month/mtm) atau jika dibandingkan Desember 2023 yang sebesar US$19,11 miliar. Namun naik 0,36 persen atau secara tahunan (year on year/yoy) jika dibandingkan Januari 2023 yang tercatat sebesar US$18,44 miliar
“Total nilai impor mengalami penurunan secara bulanan, namun mengalami peningkatan secara tahunan. Kelompok migas mengalami penurunan nilai impor, baik secara tahunan maupun bulanan. Sementara kelompok non migas mengalami peningkatan tahunan maupun bulanan,” kata Plt Kepala BPS, Amalia A Widyasanti, dalam jumpa pers secara daring, Kamis, 15 Februari 2024.
|Baca juga: Neraca Perdagangan Indonesia Januari 2024 Surplus, 45 Bulan Berturut-turut
Dia jelaskan bahwa nilai impor migas Januari 2024 sebesar US$2,70 miliar, turun 19,99 persen dibandingkan Desember 2023 yang sebesar 3,27 miliar. Nilainya turun 7,15 persen dibandingkan Januari 2023 yang sebesar US$2,90 miliar.
Sedangkan impor nonmigas Januari 2024 senilai US$15,81 miliar, naik 0,48 persen dibandingkan Desember 2023 yang sebesar US$15,74 miliar. Nilainya naik 1,76 persen dibandingkan Januari 2023 yang sebesar US$15,54 miliar.
Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar Januari 2024 dibandingkan Desember 2023 adalah bahan bakar mineral US$184,9 juta (35,24 persen). Sedangkan peningkatan terbesar adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya US$349,9 juta (17,89 persen).
Sementara itu tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2024 adalah China US$5,95 miliar (37,64 persen), Jepang US$1,08 miliar (6,81 persen), dan Thailand US$0,88 miliar (5,53 persen). Impor nonmigas dari ASEAN US$2,64 miliar (16,70 persen) dan Uni Eropa US$1,07 miliar (6,78 persen).
Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari 2024 terhadap bulan yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan barang modal US$300,8 juta (10,16 persen) dan barang konsumsi US$176,2 juta (11,03 persen). Sementara golongan bahan baku/penolong turun US$410,9 juta (2,96 persen).
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News