Media Asuransi, JAKARTA – Institute for Development of Economic and Finance (Indef) menyikapi langkah penurunan tarif yang Amerika Serikat (AS) berikan ke Indonesia dengan berbagai strategi. Hal ini dilakukan guna mengurangi ketergantungan terhadap satu negara mitra dagang yakni AS.
Direktur Eksekutif indef Esther Sri Astuti menyampaikan perdagangan Indonesia dalam satu dekade terakhir mengalami tren peningkatan sejak 2014 hingga 2024. Puncaknya terjadi pada 2022 dengan total ekspor mencapai US$28,2 miliar. Meski mengalami penurunan di 2023, namun tren ini dinilai positif bagi kinerja perdagangan luar negeri Indonesia.
|Baca juga: 6 Perusahaan Asuransi Masuk Pengawasan Khusus, Pengamat: Harus Dibenahi dari Jenis Penyakitnya!
|Baca juga: Kartu Kredit DBS Vantage Visa Infinite Resmi Diluncurkan, Layani 5 Dimensi Kekayaan!
Dirinya melanjutkan, selain Amerika, produk impor asal China di pasar Indonesia juga mendominasi. Hal ini mengartikan barang atau produk China yang berhasil di impor ke Indonesia sangat banyak. Kemudian, disusul dengan Singapura, Jepang, Amerika, dan terakhir Malaysia.
“Jadi, sebenarnya pasar produk dari Amerika sendiri masuk di Indonesia relatif sedikit, dibandingkan dengan produk-produk dari China, Singapura, serta Jepang,” sebut Esther, dalam Diskusi Publik INDEF bertajuk ‘Tarif Amerika Turun, Indonesia Bakal Untung’, Senin, 21 Juli 2025.
Esther juga menyinggung dari kebijakan tarif tinggi yang diberikan oleh Presiden Donald Trump, yang sempat menaikkan tarif impor terhadap produk tertentu hingga 32 persen sebelum kembali diturunkan ke angka terakhir saat ini yaitu 19 persen.
“Artinya kita jangan sampai tergantung dengan pasar negara lain,” kata Esther.
Sementara itu, Esther kerap menekankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor sebagai strategi utama. Selain memperkuat pasar ASEAN dan negara-negara Asia lainnya, berdasarkan data dari BPS, Uni Eropa menunjukkan sebagai kawasan potensial bagi ekspor Indonesia.
|Baca juga: Bos AAUI Blak-blakan Beberkan 2 Penyebab Utama Tingginya Capital Flight di Reasuransi
Beberapa komoditas yang kerap dikirim ke Uni Eropa antara lain minyak nabati, produk hewani, industri kimia, mesin, dan perlengkapan, serta alas kaki dan produk mineral. Hal ini sebenarnya, lanjut Esther, produk yang relatif mirip dengan yang Indonesia kirimkan ke pasar ASEAN.
“Jadi kalau misalnya pasar ASEAN, pasarnya buat kita adalah tarif Trump, maka penyimpanan dari pasar ASEAN ke pasar Uni Eropa itu bisa kita lakukan dengan sangat mungkin,” ujarnya.
Oleh karenanya, Esther menyebutkan strategi utama untuk menghadapi tarif Thrump ini antara lain pertama melakukan ekspansi perdagangan yang artinya diversifikasi pasar, sehingga akan mengurangi ketergantungan pada satu pasar saja.
Lebih jauh, strategi kedua ialah economic relation, artinya memperluas jaringan ekonomi dengan melakukan kerja sama ekonomi. Strategi terakhir ialah menciptakan iklim investasi yang kondusif dan produk diversifikasi, artinya memperbanyak variasi produk ekspor.
“Itu yang menurut saya bisa membantu untuk menghadapi situasi gonjang-ganjing karena adanya kenaikan tarif dari US,” tutup Esther.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News