Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah eskalasi tarif antara Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia, pasar melemah secara signifikan seiring meningkatnya kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi dan tidak stabilnya sentimen investor serta kepercayaan konsumen. Beberapa pasar berada di ambang jurang bearish pada saat ini.
Multi-Asset Solutions Team Global Equities Manulife Investment Management, Nathan W. Thooft, menuturkan bahwa kita memasuki tahun 2025 dengan ekspektasi ketidakpastian kebijakan lebih besar dan volatilitas pasar, sebuah skenario yang pasti terjadi pada kuartal pertama. Namun, pengumuman tarif baru-baru ini, dengan skala yang lebih besar dan lebih tinggi dari yang diharapkan, telah membawa disrupsi yang lebih tinggi lagi.
Diperkirakan, periode volatilitas dan ketidakpastian ini kemungkinan akan terus berlanjut hingga kita melihat adanya pembicaraan tarif yang lebih damai antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya, yang secara historis butuh waktu lama untuk bernegosiasi.
|Baca juga:Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Rp11.126 Triliun
“Kami perkirakan, bahkan setelah negosiasi, tingkat tarif akan jauh lebih tinggi dibandingkan historis sebelumnya, sehingga perlu adanya kebijakan penyeimbang pertumbuhan lainnya untuk meminimalkan tekanan ekonomi seperti pengurangan pajak, deregulasi, dan pengeluaran fiskal,” kata Nathan dalam keterangan resmi PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), yang dikutip Kamis, 17 April 2025.
Semakin lama negosiasi berlangsung, semakin lama pula periode ketidakpastian, dan semakin besar efek lumpuh bagi konsumen, perusahaan, dan investor. Dengan tidak adanya kerangka kerja kebijakan yang jelas, perencanaan menjadi sulit dilakukan.
Akibatnya, keputusan yang diambil akan lebih sedikit, mengurangi keputusan pembelian. Kelumpuhan keputusan ini memperparah kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dan negara-negara lain telah mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi, yang menyebabkan meningkatnya ketakutan akan terjadinya resesi.
“Ketidakpastian bisa jadi melanda, namun kami mengingatkan para investor bahwa pasar sering kali menaklukkan rintangan dan berhasil meruntuhkan tembok kekhawatiran seiring pasar melihat peluang-peluang di masa depan. Namun, ini tidak berarti investor boleh terlena,” tutur Nathan.
|Baca juga: Infovesta: Pasar Akan Wait & See Rilis Sejumlah Data Domestik dan Global
Dia tambahkan, salah satu tema utama Manulife Investment Management di 2025 adalah mengadopsi sikap defensif dalam pendekatannya pada investasi. Di saat kita melihat valuasi saham AS berada di level yang mendekati puncaknya, spread kredit yang ketat, ketidakpastian geopolitik, dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata di seluruh dunia, belum lagi potensi perang dagang yang beragam, meningkatkan ketahanan portofolio sambil tetap memanfaatkan potensi keuntungan tampaknya merupakan tindakan yang bijaksana.
“Bagi investor dengan jangka waktu investasi yang lebih panjang, kami percaya bahwa kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini dapat menghasilkan peluang investasi yang menarik,” katanya.
Berikut ini adalah cara Manulife Investment Management berpikir tentang alokasi aset dalam kondisi saat ini:
Saham
Manulife Investment Management mengurangi overweight yang dimiliki sejak lama di saham, dan beralih ke pandangan underweight yang moderat. “Namun, kami percaya bahwa ada peluang untuk menambah risiko ekuitas jika terjadi pelemahan pasar lebih lanjut,” tegas Nathan.
Di saham AS, perusahaan-perusahaan berkualitas tinggi terus menjadi fokus. Hal ini tidak berarti Manulife Investment Management meninggalkan kisah pertumbuhan perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar, terutama perusahaan teknologi, yang masih memiliki keunggulan kompetitif.
|Baca juga: Indeks Saham China Naik Usai Perusahaan Negara Intervensi Pasar
Di pasar negara maju, Manulife Investment Management berpandangan bahwa Jepang mewakili peluang pertumbuhan berkualitas dengan fundamental dan valuasi yang menarik serta kemungkinan besar dapat memperoleh manfaat dari reformasi tata kelola perusahaan yang sedang berlangsung dan positif.
Selain itu, kami terus melihat peningkatan jangka pendek dalam kinerja saham Eropa yang didorong oleh inisiatif belanja pemerintah yang baru dan investor yang menempatkan kembali aset mereka kembali ke wilayah tersebut setelah bertahun-tahun menghindarinya.
“Meskipun kami bersikap netral terhadap saham Asia secara keseluruhan karena ketidakpastian tarif yang sedang berlangsung, kami melihat adanya peluang di kawasan ini. Dalam pandangan kami, restrukturisasi rantai pasokan terus menciptakan peluang bagi pasar-pasar tertentu yang berfokus pada pasar domestik, termasuk China Daratan. India tetap menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan yang pesat, dan kinerja yang kurang baik baru-baru ini dapat menciptakan peluang masuk yang potensial,” jelas Nathan.
Obligasi
Dari sisi obligasi, kondisi spread kredit memberikan sedikit kelonggaran karena Manulife Investment Management menilai bahwa obligasi non-investment grade tidak memiliki banyak ruang kesalahan apabila dihadapkan pada berita negatif tak terduga. Manulife Investment Management tetap mengurangi bobot kredit berkualitas rendah dan lebih memilih obligasi berkualitas investasi yang lebih tinggi. Di area obligasi dengan risiko lebih, Manulife Investment Management memiliki pandangan yang lebih positif terhadap obligasi negara berkembang berdenominasi dollar AS.
|Baca juga:Begini Cara OJK Pastikan Saham hingga Obligasi Diterbitkan Korporasi dengan Fundamental Kuat
Dalam jangka panjang, profil risiko/imbal hasil dari obligasi tradisional terlihat menarik, namun Manulife Investment Management mengkhawatirkan adanya underpricing dari premi berjangka yang semakin jauh dari kurva imbal hasil.
“Di tingkat suku bunga saat ini, kami melihat peluang pada jangka waktu yang lebih pendek di bagian bawah kurva imbal hasil karena ketidakpastian makro. Secara keseluruhan, kami masih bersikap netral terhadap durasi,” tutur Nathan.
Emas dan Aset Riil
Emas tetap menarik meskipun terjadi kenaikan baru-baru ini. Manulife Investment Management memperkirakan logam mulia ini akan terus mendapatkan keuntungan dari dinamika permintaan-penawaran yang menguntungkan, didukung oleh permintaan struktural di pasar-pasar negara berkembang seperti China dan India dan peningkatan permintaan dari bank-bank sentral global.
|Baca juga: Perang Dagang AS-China Memanas, Harga Emas Terdongkrak
Nathan menambahkan bahwa mengadopsi pendekatan aktif dalam berinvestasi, daripada pendekatan reaktif, adalah yang paling masuk akal pada saat ini. Jauh lebih membangun jika kita tetap bijaksana dan penuh pertimbangan, memastikan bahwa keputusan alokasi tetap selaras dengan tujuan jangka panjang. Meskipun peluang dapat muncul di tengah volatilitas, kejernihan pikiran untuk mengenalinya sama penting.
Beberapa minggu ke depan, mungkin beberapa bulan ke depan, kemungkinan besar akan bergejolak, dan kondisi pasar dapat menguji bahkan investor berpengalaman yang bernyali baja sekalipun. “Namun, di saat seperti ini, kami pikir lebih penting lagi untuk tetap terdiversifikasi, gesit, dan yang terpenting, berinvestasi,” katanya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News