Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa pagi terlihat bergerak di zona positif. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada pembukaan perdagangan terpantau menguat ketimbang penutupan perdagangan di hari sebelumnya di Rp15.196 per US$.
IHSG Selasa, 1 Oktober 2024, perdagangan pagi dibuka di 7.528 dan tak lama menguat ke 7.566. Posisi tertinggi di 7.588 dan terendah di 7.547. Volume perdagangan pagi tercatat sebanyak 4,1 miliar lembar saham senilai Rp2,1 triliun. Sebanyak 226 saham menguat, 210 saham melemah, dan 189 saham stagnan.
|Baca juga: Survei: Generasi Z dan Milenial Bidik Pensiun di Usia 60 Tahun
|Baca juga: 2 Perusahaan Asuransi Mau Tutup, Regulasi Ketat Jadi Biang Keroknya?
Mengutip Investing, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka di Rp15.124 per US$. Rentang harian nilai tukar rupiah hari ini di Rp15.177 per US$ hingga Rp15.230 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp15.140 per US$.
IHSG diramal rebound
DI sisi lain, pergerakan IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan bergerak rebound dalam kisaran 7.480-7.575. Melalui laporan berita dan saham pilihan Ajaib Sekuritas Selasa, 01 Oktober 2024, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menjelaskan pada perdagangan Senin, IHSG ditutup turun 1,86 persen atau minus 142,80 poin ke level 7.527.
“IHSG hari ini diprediksi bergerak rebound dalam range 7.480-7.575,” tuturnya.
Baca juga: 70% Warga Singapura Kesulitan Capai Kesejahteraan Keuangan, Ternyata Ini Biang Keroknya!
|Baca juga: AI Jadi ‘Musuh dalam Selimut’ bagi Perusahaan Kesehatan Digital! Kok Bisa?
Sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, IHSG melemah signifikan diakhir perdagangan September 2024. Jika diakumulasikan pergerakan IHSG sepanjang September 2024 terkoreksi 1,86 persen.
Sedangkan indeks PMI manufaktur Indonesia versi S&P Global pada September 2024 masih berada di level kontraktif sebesar 49,7 persen. Melemahnya aktivitas manufaktur diakibatkan turunnya jumlah pesanan baru, ekspor, dan output produksi. Jika diakumulasikan, indeks PMI manufaktur Indonesia berada di level kontraksi dalam tiga bulan beruntun.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News