1
1

Sucorinvest Asset Management Harap Obligasi Korporasi Kian Ramai

Head of Investment Specialist & Product Development Sucorinvest Asset Management Lolita Liliana. | Foto: Mirae Asset

Media Asuransi, JAKARTA – Head of Investment Specialist & Product Development Sucorinvest Asset Management Lolita Liliana berharap obligasi korporasi kian bertambah dari waktu ke waktu. Harapannya bisa memberikan penawaran hasil investasi yang baik kepada masyarakat disertai terjaganya risiko yang muncul.

“Kita tuh justru malahan butuh corporate bonds ini bertambah terus. Jadi kita more than happy untuk menampungnya. Terutama yang di aset manajemen itu sangat happy terutama obligasi korporasi. Kalau tambah kita sangat-sangat senang,” kata Lolita, usai Media Day: July 2025 by Mirae Asset, Selasa, 15 Juli 2025.

|Baca juga: BFIN, BMRI, INKP, dan SRTG Jadi Saham yang Patut Diburu Hari Ini

Meski demikian, ia menambahkan, Sucorinvest Asset Management akan tetap memilih obligasi korporasi mana yang sesuai untuk kebutuhan masyarakat dan secara khusus para nasabah. Guna mengoptimalkan keuntungan dan risiko yang terkelola, dirinya menjelaskan, Sucorinvest Asset Management memiliki komite investasi.

“Tentu saja memang harus dipilih (obligasi korporasinya). Nah pilihannya itu bagaimana? Makanya kalau di support kita ada komite investasi. Maksudnya obligasi mana yang boleh, obligasi mana yang tidak,” jelasnya.

Menurutnya keberadaan komite investasi di Sucorinvest Asset Management memainkan peranan penting. Pasalnya, instrumen investasi pasti tidak hanya menawarkan keuntungan tapi juga memiliki risiko.

|Baca juga: Menkeu Apresiasi Sinergi Komisi XI dalam Pembahasan RKP dan RKA Kemenkeu 2026

|Baca juga: Saham Perbankan Lagi Tidak Bertenaga, Mirae Asset Ungkap Penyebabnya!

“Karena bagaimana pun itu risiko investasi yang harus kita jaga. Jadi diversifikasi ada, batas-batasnya juga ada,” tukasnya.

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menyampaikan tren harga obligasi masih menunjukkan kenaikan dan penurunan imbal hasil atau yield, sejalan dengan aliran dana asing masuk yang cukup besar.

“Sepanjang Juli, tercatat nett buy asing Rp 17,2 triliun MTD, atau Rp 70 triliun YTD, dipengaruhi pemangkasan BI Rate pada semester I/2025 dan ekspektasi penurunan Fed Fund Rate (FFR) pada semester II/2025,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Tugu Insurance Resmi Angkat Fadlil Iswahyudi dan Fitri Azwar sebagai Direksi Baru
Next Post SBN Diurus Ketat, Sri Mulyani: Strategi Utama Pembiayaan APBN!

Member Login

or